Senin, 07 Februari 2011

Rahmadhania Hartono

"Baik, enak diajak curhat, kadang-kadang kalau ngomong suka dalam," komentar Safira.
"Baik, kalau ada yang sedih pasti dihibur, kalau ngomong suka dalam," komentar Rahma.
"Suka ngelawak. Seterusnya, sama kayak Safira. Hohoho," komentar Ghina.
"Baik dan kocak," komentar Hanifah.

Rahmadhania Hartono atau yang akrab disapa Nia ini lahir di Jakarta pada tanggal 28 Desember 1998. Tahun ini, Nia akan menginjak umur 13 tahun. Hobi Nia adalah mendengarkan musik dan jalan-jalan. Kelak, Nia ingin menjadi dokter atau arsitek yang sukses.

Nia menyukai warna putih, pink, biru, dan ungu.
"Karena warna putih, pink, dan biru adalah warna kesukaanku. Sementara warna ungu, warna kesukaan JB," tutur Nia, salah satu fans Justin Bieber.

"6C itu kelas yang seru, kompak, asyik, dan ceria," komentar yang mau ke SMPIT Ummul Quro Bogor ini.

Sudah dulu, ya. Tentang si jagonya ngelawak ini. Back to Diary 6C!

Lapangan SDIT Ummul Quro Bogor pagi itu penuh. Orang-orang ramai berlalu lalang. Orang-orang itu adalah calon orangtua murid SDIT Ummul Quro Bogor. Wajah-wajah yang tampak menyimpan harapan. Semoga, anak-anak mereka di terima di sekolah itu untuk menimba ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya.

Bel berbunyi. Seluruh murid SDIT Ummul Quro Bogor serentak menghentikan obrolannya, kemudian mengambil sepatu masing-masing, dan menuju ke lapangan.
"Pengumuman... Untuk seluruh siswa-siswi dari level 1 sampai level 6, diberitahukan bahwa hari ini tidak ada upacara. Sekali lagi, hari ini, tidak ada upacara," terdengar sebuah suara dari pengeras suara.
"Horee," tak hanya 6C, seluruh penghuni gedung itu pun mengulurkan tangannya dan bersorak ramai.
"Yahh," ternyata ada juga yang kecewa, yaitu anak-anak yang sudah terlanjur berada di lapangan.
"Yahh," Hanifah juga kecewa.
"Kenapa, Nip?" tanya Dinda.
"Aku sudah bawa gunting kuku, tahunya nggak upacara. Jadi nggak bisa minjemin ke yang lain, deh," keluhnya.
"Hahaha, sabaar," Dinda menghibur sahabatnya itu.

Harapan itu sudah terpampang jelas di tembok. Tadi, sang spidol sudah berlaga, membuat tekad-tekad itu.
"Bismillahirrahmanirrahim, NEM 24 dan Juz 30! Aku yakin aku pasti bisa! Still cheerful, 6C!" tekad itu dibubuhi oleh tanda tangan dibawahnya.

"NEM? Apa itu?" tanya adik kelas dengan tampang polos.
"NEM? Aku juga nggak tahu," jawab Hanifah.
"Nilai Ebtanas...," Husna menjawab sepotong. Tak tahu apa lanjutannya.
"Apa?" tanya Hanifah.
"Nilai Ebtanas Masional?" Husna melanjutkan asal.
"Hahaha."
"Mungkin, NEM itu Nilai Ebtanas Masyarakat," tebak Hanifah.
"Hahaha."

Ya, saat-saat yang seharusnya digunakan untuk upacara, menjadi lebih sangat berarti ketika digunakan untuk menulis tekad itu. Tekad yang kuat, usaha yang sungguh-sungguh, dan berdoa yang khusyuk, pasti akan berhasil.

Usai menulis tekad itu, 6C kembali ke kelas. Bimbel IPA (reguler). Pak Muslim memasuki kelas yang ceria itu. Tanpa basa-basi, beliau langsung sibuk dengan buku Detik-Detik UASBNnya, dan menyuruh semuanya agar turut sibuk pula dengan buku tersebut.

Bimbel IPA yang tak ada spesialnya itu dilanjutkan dengan PJK.
"Satu... Dua... Tiga...," Kiki memimpin peregangan dan pemanasan hari itu.

"Materi kita hari ini adalah melompat," kata Pak Yuhdi.
"Melompat atau meloncat?"
"Sama saja!" jawab Pak Yuhdi gusar.
"Hahaha."

"Afi," Pak Yuhdi memanggil Afi.
Afi pun mulai berlari. Dengan pasti, dia mengangkat kedua kakinya. Melambung di udara. Kerudungnya tampak berkibar. Kemudian Afi mendarat di atas matras dengan sempurna. Tepuk tangan pun terdengar susul menyusul dari akhwat 6C.

"Syamila," panggil Pak Yuhdi.
Syamila juga memulai aksinya dengan bagus. Dia berlari bagai pelari ulung. Kemudian mengangkat kakinya seperti Afi tadi. Dia pun melayang di udara. Terakhir, mendarat di atas matras dengan sempurna. Memang sempurna. Tapi aksinya di bagian terakhir mengundang tawa. Syamila berdiri, kemudian keseimbangannya hilang. Jatuh.
"Hahaha."

"Una, jadi nggak, nantang adik kelas?" tanya Salsa. Kedua tangannya melipat di dada.
"Ayo," Husna pun berlari menuju lapangan SMP. Dia tampak siap.
"Mau main apa, Na?" tanya Salsa.
"Bola," jawab Husna.
"Main bola bagaimana? Bolanya nggak ada," omel Salsa.
"Oh, iya, ya. Hahaha," Husna tersadar.
"Itu, ada bola. Dimainin ikhwan," jari telunjuk Halimah menunjuk sebuah bola yang sedang digelindingkan oleh ikhwan.
"Rebut, yuk?" ajak Husna, iseng.
"Ayo, hahaha," Salsa pun berlari menuju ikhwan. Dengan suksesnya, dia berhasil mendapatkan bola itu.

"Jadi main, nggak? Kalau nggak, kita pergi, nih," omel Sekar, adik kelas.
"Ya sudah, pergi saja. Bagus malah, kiat anggap WO!" Husna emosi.
"Sabar, Na," Nindi menenangkan.
"Bola atau futsal?" tanya Sekar lagi.
"Bola saja, ya? Lebih gampang," kata adik kelas yang lain.
"Main bola kan, pakai bola. Main futsal juga pakai bola. Sama saja," gerutu Husna sebal karena tingkah adik kelas yang sok itu.

"Tim intinya siapa?" tanya Rahma.
"Aku, Una, Aca, Safira, Nindi, sama dia," Salsa menunjuk seseorang lagi.
"Aku tim cadangan saja, ya," kata Rahma. Dia segera menyingkir dari lapangan. Kemudian pergi menuju Hanifah, sang tim cadangan juga.
"Kipernya?" tanya Salsa.
"Aku," Safira menawarkan dirinya.
"Oke. Kalau kaptennya?" tanya Salsa.
Hening.
"Una saja. Una Utina, hahaha," kata Salsa sambil tergelak lucu.
"Nggak, ah," tolak Husna.
"Nggak apa, Na. Kan kayak Tatid, Tatid Utina," goda seseorang.
"Terserah kalian," jawab Husna.

Permainan sudah dimulai sejak semenit yang lalu. Tapi ikhwan 6C tampak sangat mengganggu.
"ADUUH!" Husna dan Salsa menepuk keningnya masing-masing.
"Ikhwan jangan ganggu, dong!" gerutu Salsa.
Ikhwan cuek.
"IKHWAAAN!" Salsa berteriak.
"Hahaha," ikhwan pun tertawa sebelum mereka pergi.

Permainan kembali berlanjut. Tampak dari kejauhan, adik kelas sedang meggiring bola ke gawang 6C.
"Awas, UNAA!" teriak Sasa.
Husna bersiap. Ketika bola itu sudah berada di dekatnya. Dia berusaha untuk menghalau bola itu menuju arah yang berlawanan. Tapi adik kelas itu tangguh juga. Dia tidak mau dengan enaknya diterobos begitu. Semakin sengit saja bertandingan itu. Akhirnya, tak ada jalan lain. Husna menendang bola itu keluar dari lapangan.
"Kok di outin sih, Kak?" protes adik kelas itu.
"Aku lebih milih di outin dari pada di golin," jawab Husna cuek.
"Ish," adik kelas itu menggerutu tak jelas, kemudian pergi.
"Jangan marah, Dik. Itu, kan, strategi!" teriak Hanifah.

Permainan terus berlanjut.
"ACAA! JAGA!" teriak Salsa dari kejauhan.
Sasa mencoba menjaga bola itu. Jangan sampai keluar dari lapangan. Ketika bola itu sudah tiba di dekat kaki Sasa. Sasa menendang bola itu. Tapi bola itu bandel, dia terus menggelinding melewati kaki Sasa.
"Hahaha. Nendang nggak benar, main bola abal-abal," Husna tertawa sampai tiduran di lapangan.
"Hahaha. Main bola abal-abal," Sasa juga ikut tertawa.

Waktu habis. Saatnya untuk istirahat. Scorenya imbang. 0-0. Bisa dibuktikan, adik kelas hebat juga.

Usai PJK, istirahat.
"Ihh, Fikri pakai baju 10, Okto, dong?" komentar Ghina tentang baju bola milik Fikri.
"Alaah, Irfan Bachdim saja, dehh," olok Fikri.
"Tahu dari mana kamu, kalau gue suka sama Irfan?" tanya Ghina.
"Dompet elu," jawab Fikri.
"Lu liat-liat?" tanya Ghina. Nada suaranya mulai meninggi.
"Iya, sama Iwad," jawabnya.
Pak Muslim memasuki kelas, karena sekarang adalah pelajaran IPA.
"Lu diajarin sopan-santung nggak, sih, sama orangtua elu? " bentak Ghina kepada Ridwan dan Fikri.
"Sst, ada apa, ini?" tanya Pak Muslim.
"Nggak, Pak," jawab Ghina yang hatinya sedang diselimuti oleh amarah.

IPA selesai, istirahat, T2Q (latihan khataman), kemudian IPS.
"Bu, review dulu, dong," pinta Kiki. Hari ini memang ada ulangan IPS.
"Boleh," jawab Bu Anis ramah.
"Oh, iya. Siapa yang nggak daftar SMP?" tanya Bu Anis.
Tidak ada yang mengangkat tangan.
"Semuanya sudah daftar? Nggak ada yang waiting list?" tanya Bu Anis lagi.
"Maksud Bu Anis apa, sih? Daftar SMP atau daftar SMPIT Ummul Quro Bogor?" tanya Kiki.
"Ohh. Hahaha. Pantas kalian nggak ngangkat tangan. Ternyata pertanyaan Bu Anis salah. Maksud Bu Anis itu, siapa yang nggak daftar di SMPIT Ummul Quro Bogor? Begitu," ralat Bu Anis.
"Hahaha."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.