Rabu, 02 Februari 2011

Gayus Tambunan

Try Out yang disuguhkan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu telah tuntas di selesaikan oleh level 6 SDIT Ummul Quro Bogor. Setelah level 6 mengumpulkan LJK IPA miliknya kepada pengawas, mereka menghela napas lega. Tetapi, siapa bilang mereka bebas dari belajar? Tidak. Mereka tetap harus belajar, apa pun yang terjadi dan bagaimana pun caranya. Karena nanti, tak terasa UN sudah tiba menghampiri mereka.

Level 6 mengungkapkan rasa lega mereka lewat status Facebook yang mereka update.
"Akhirnya TO selesai! Bisa SMSan, deh... Hahaha," update Haslia (6D).
"Try Out selesai, besok libur. Yeeeey!" update Zahira (6B).
"Semoga NEM TO yang sekarang lebih baik dari yang kemarin! Aku juga mendoakan kalian semua agar NEMnya di atas rata-rata semua!" update Jasin (6D).
"Alhamdulillah... TO sudah selesai...," update Talitha (6B).
"Dan akhirnya Try Out JSIT selesai... Horeee," update Sahira (6A).
"Alhamdulillah... Akhirnya TOnya selesai juga," update Icha (6A).

Alhamdulillah, hari ini, Nevan bisa ikut mengisi detik-detik terakhir sebelum perpisahan di 6C. Dia juga bisa ikut Try Out IPA. Mungkin karena kemarin 6C mendoakan Nevan bersama-sama. Dan Allah mengabulkannya.

Setelah Try Out IPA selesai, 6C kembali ke kelas. Kemudian mereka menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ternyata yang terjadi adalah, Bu Anis masuk ke dalam kelas. Dan memulai pelajaran Bahasa Indonesia.


"Mau tambah materi atau melanjutkan pidato yang kemarin?" Bu Anis memberi pilihan kepada 6C.
"Pidato!" jawab 6C yakin.
"Baiklah," kata Bu Anis. Kemudian beliau berjalan ke arah lemari, dan mengambil sebuah gelas dari dalam lemari tersebut. Ternyata di dalam gelas itu, tersedia nomor-nomor absen 6C yang belum pidato. Bu Anis mengocok gelas itu, lalu mengambil satu gulungan kertas. Dan yang keluar adalah nomor...

Semua anak yang ceria itu sudah tampil dengan sangat baik. Bu Anis puas. Ada beberapa anak yang berpidato dengan perasaan. Sehingga mengundang kesedihan.
"Huaaa," Ghina menangis, dia teringat akan perpisahan yang sesaat lagi akan datang.

Bahasa Indonesia usai. Istirahat. Kemudian Bahasa Inggris.
"Dengan teman sebangku kalian, berdua, terserah mau menaiki apa, coba sentuh langit-langit kelas ini," kata Bu Sari.

Biasa, 6C langsung rusuh. Ada yang berhasil, dia bersorak senang. Ada yang gagal, terjatuh, kemudian tertawa, bangkit, kemudian mencobanya lagi. Ada yang menyangkut di atas lemari, tidak bisa turun. Hahaha.
"Sudah, sudah, silakan turun lagi," kata Bu Sari.
6C menurut.
"Kalian tahu kesimpulannya?" tanya Bu Sari.
6C menggeleng.
"Kesimpulannya, kalian harus berusaha untuk mencapai cita-cita kalian. Jadi, anggap saja langit-langit itu adalah cita-cita kalian," kata Bu Sari.

6C mengangguk paham.

"Now, please open page 62," kata Bu Sari.
6C segera mengambil buku paket mereka yang berada di dalam tas, kemudian membuka halaman yang Bu Sari maksud.
"Ikuti Bu Sari, ya. Would you please tell me where the post office is?" komando Bu Sari.
"Would you please tell me where the post office is?" ulang 6C.
"Go down this street. Then, turn right. It's on the left," komando Bu Sari lagi.
"Go down this street. Then, turn right. It's on the left," ulang 6C lagi.
"Would you please tell me where the bank is?" komando Bu Sari untuk yang ketiga kalinya.
"Would you please tell me where the bank is?" ulang 6C untuk yang ketiga kalinya.
"Go down this street. Then, turn left. It's on the right," komando Bu Sari untuk yang keempat kalinya.
"Go down this street. Then, turn left. It;s on the right," ulang 6C untuk yang keempat kalinya.
Setelah selesai membaca halaman 62 bersama Bu Sari, Bu Sari menerangkan lebih lanjut tentang materi itu.

"Nah, kalau misalnya kita ingin minta tolong ditunjukkan arah, kalian bisa mengatakan 'would you please tell me...'," penjelasan Bu Sari terputus.
"Telat mikir, Bu?" tanya Ghina.
"Hahaha."
"Itu, sih, telmi. Kalau yang ini, tell me," kata Bu Sari sambil menulis kata 'telmi' dan 'tell me' di papan tulis untuk menunjukkan perbedaan tulisannya.
"Beda?" tanya Ghina lagi.
"Iyalah," jawab Bu Sari dengan tampang kocak.
"Hahaha."

Pada penghujung pelajaran Bahasa Inggris, Bu Sari memberi 6C sebuah tugas yang harus dikerjakan. Setelah itu, 6C diperbolehkan untuk makan siang.

Pada saat jam makan siang.
"Andai aku Gayus Tambunan... Yang bisa pergi ke Bali...," akhwat 6C bernanyi keras-keras. Mereka berusaha mengalahkan suara beat box ikhwan 6B. Karena jalur akses antara 6B dan 6C dibuka (maksudnya papan penghubungnya). Lebih dari itu, ikhwan 6B pakai mik segala.
"11 Maret... Diriku masuk penjara... Awal ku menjalani... Proses masa tahanan... Hidup dipenjara... Sangat berat kurasakan... Badanku kurus... Karena beban pikiran...," akhwat 6C masih bernyanyi keras-keras.
"Hah? Kalau di penjara bisa kurus? Aku mau deh, masuk penjara!" kata Ghina.
"Hahaha."

Di papan tulis 6C saat itu banyak gambar Gayus Tambunan. Hahaha. Kocak, deh.
"GAYUS GANTEEENG!!!" teriak Zira.

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.