Selasa, 08 Februari 2011

Zavien Muhammad Arkan

Si jago game ini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1999. Hobinya bermain komputer. Komputer dan PS adalah sahabatnya. Cita-citanya adalah menjadi pilot. Kata Epin, menjadi pilot itu seru.

"6C itu seru, kocak, dan rusuh," komentar Zavien atau yang akrab disapa Epin ini.

Penyuka warna merah dan hitam ini pernah menjuarai lomba futsal di RTnya. Rencananya, Zavien akan bersekolah di SMPIT Ummul Quro Bogor setelah lulus dari SDIT Ummul Quro Bogor ini.

"Epin orangnya kadang-kadang baik, kadang-kadang juga jail," komentar Azzam.
"Epin orangnya suka nipu di game, tapi kadang-kadang baik," komentar Zulkifli.
"Kadang baik dan kadang NYEBELIN. Tapi suka baik, sih, tapi jarang," komentar Kiki.
"Epin itu orangnya suka ngocol dan nggak mau ngalah," komentar Tatid.
"Positifnya, dong!" pinta Husna.
"Nggak ada, hehehe," kata Tatid sambil tertawa.

Back to Diary 6C!

6C menyudahi berbincangan mereka masing-masing ketika bel berbunyi. Dengan malas, mereka keluar kelas dan berbaris di sana. Usai mengucapkan janji-janji itu, 6C kembali masuk ke dalam kelas dan segera duduk di tempatnya masing-masing.
"Tilawah dulu, ya?" kata Pak Yuhdi.
6C setuju. Mereka mengeluarkan Al-Quran masing-masing, dan membacanya dengan khusyuk.

"Akhwat, kalian mau jadi cantik, nggak?" tanya Pak Yuhdi kepada akhwat 6C usai tilawah.
"Cantik apanya dulu nih, Pak?" Ghina balik bertanya.
"Tubuhnya, perilakunya, tingkah lakunya, semuanya!" jawab Pak Yuhdi.
"Aku mau!" beberapa akhwat berteriak.
"Kalau ikhwan?" pertanyaan Pak Yuhdi berpaling ke ikhwan.
"Jadi cantik? Ogah, ah, Pak," Kiki menggeleng.
"Hahaha."
"Bukan itu, Ki. Maksudnya jadi tampan," ralat Pak Yuhdi.
Beberapa ikhwan mengacungkan tangannya.
"Pak Yuhdi punya rahasianya untuk menjadi cantik atau tampan," kata Pak Yuhdi penuh misteri.
Berpasang-pasang mata penasaran pun menatap Pak Yuhdi.
"Caranya, kalian bangun sebelum adzan berkumandang, kemudian mandi! Pasti, untuk ikhwannya, nanti jadi tampan kayak Pak Yuhdi," kata Pak Yuhdi sedikit narsis.
"Hahaha."
"Tapi kalau mandi kepagian, dingin, Pak," keluh Zira.
"Memang. Tapi itulah tantangannya," kata Pak Yuhdi.
6C mengangguk mengerti.
"Bapak tahu dari mana?" tanya Husna.
"Bapak dikasih tahu sama Pak Asep Wijaya," kata Pak Yuhdi.
"Kok Bapak doang yang dikasih tahu? Apa jangan-jangan karena Pak Yuhdi...," Salsa tidak mau melanjutkan ucapannya itu.
"Apa, Sal? Lanjutin," pinta Pak Yuhdi sambil mendekati meja Salsa.
"Nggak, Pak. Canda, candaa," kata Salsa.
"Hahaha."

"Sudah 30 menit. Sekarang silakan T2Q," kata Pak Yuhdi setelah melirik jam dinding di 6C.
6C menurut. Mereka bergegas menuju kelompok T2Qnya masing-masing.

"Siapa yang sudah membuat skenario untuk drama?" tanya Bu Anis saat pelajaran Bahasa Indonesia dimulai.
Kelompok 1 akhwat dan kelompok 2 akhwat mengacungkan tangannya. Tapi ikhwan tak ada yang mengacungkan tangan.
"Kalau begitu, akhwat silakan berlatih di luar. Dan ikhwan membuat skenario drama di dalam. Tampilnya besok, ya," kata Bu Anis.
Akhwat pun keluar dari ruangan itu, menyisakan ikhwan dan Bu Anis.
"Waktu terasa semakin berlalu...," kelompok 2 akhwat bersenandung riang. Mereka akan menampilkan drama musikal. Dan mereka sedang latihan. Dari jendela, Nevan mengintip.
"Nepan, jangan ngintip, dong. Malu," pinta Salsa sambil menutup jendela yang tadi dibuka oleh Nevan.
"Ahh," keluh Nevan sambil berlalu.
Kelompok itu pun kembali melanjutkan latihan mereka.

Bel berbunyi. Seluruh penghuni gedung itu bersorak. Mereka bergegas menyudahi belajar mereka sejenak. Bisa kau simpulkan itu bel apa? Ya, bel istirahat.

"Horee, sekarang pelajaran Matematika," Aris bersorak hebat.
Bu Nia memasuki kelas 6C dan memulai pelajaran untuk hari itu. Belajar dengan Bu Nia memang selalu dinanti-nanti oleh 6C. Karena Bu Nia memiliki metode mengajar yang cocok untuk anak-anak ceria seperti 6C. 6C menyukai guru yang punya segudang cerita kocak dan menarik seperti Bu Nia. Dan hari itu, Bu Nia memulai ceritanya. Bu Nia bercerita banyak selama setengah jam, memang itu kebiasaan beliau. Selalu berusaha mendekatkan diri dulu kepada anak didiknya, baru mulai mengajar dengan serius.

Istirahat kedua selalu rusuh. Itulah saat-saat kritis bagi 6C. Kelas itu selalu dipenuhi sampah jika saatnya istirahat kedua. Alasannya adalah karena 6C suka makan bersama di bawah, baik ikhwan, mau pun akhwat.
"Pak, nanti Mentoringnya perkelompok atau sekelas?" tanya Husna.
"Sekelas. Sama Pak Eman," kata Pak Yuhdi.
"Horee," 6C kembali bersorak. Memang, tak hanya Bu Nia yang cocok dengan 6C, tapi Pak Eman juga. Benar-benar pasangan yang serasi, ya?

Mentoring. Saatnya menonton! Serunyaa. 6C menonton banyak video dari Pak Eman. Dari pertandingan bola AFF Indonesia VS Malaysia (yang waktu ada Irfan Bachdimnya, akhwat berteriak heboh), sampai iklan Pantene. Hahaha.

Usai Mentoring.
"Pak, minta video bolanya dong, Pak," Safira, Sasa, Salsa, dan masih banyak lagi, menyodorkan flashdisk.
"Iya, taruh di situ saja," kata Pak Eman sambil membereskan LCD dan laptopnya.

Selasa yang ceria itu diakhiri dengan ulangan PAI.
"Sst! Ayo kita review bersama! Jangan ketawa terus! Husna! Perhatikan!" kata Pak Muslim.
"I-iya, Pak."

Review selesai, dan kertas ulangan pun dibagikan. Tak sampai 10 menit, sudah hampir semuanya selesai. Mereka pun mengumpulkan kertas ulangan itu.
"Cepat banget, sih?" protes Pak Muslim.
Pak Muslim mengecek jawaban-jawaban yang ditulis oleh 6C.
"ADUH! NGACO SEMUANYA! NGACO! JAWABANNYA SALAH SEMUA!" Pak Muslim mulai marah ketika selesai mengecek sekilas jawaban-jawaban 6C itu.
6C kaget.
"NOMOR 1 SAJA, MASAK SEMUANYA NGGAK TAHU? BUKAN ITU JAWABANNYA. JAWABANNYA ITU YANG BENAR ADALAH, PADA HARI INI, TELAH AKU...."
"Pak, Bapak. BAPAK! Ada yang...," omongan Husna terputus.
"APA LAGI, SIH?" Pak Muslim terlihat lebih marah lagi.
"I-itu, Pak, Nindi belum selesai.
"Ohh. Sini, mana ulangannya?" Pak Muslim tampak lebih tenang sekarang.
Nindi menyerahkan kertas ulangannya.

PAI pun terus berjalan dengan sisa waktu yang ada. Pak Muslim menjelaskan tentang Qada dan Qadar. Ketika jarum jam sudah menunjukkan angka 6, Pak Muslim mempersilakan 6C untuk bergegas ke masjid untuk menunaikan sholat Ashar.

Usai sholat Ashar, di tangga rusuh. Kalau ada kata 'rusuh', pasti yang diingat selalu '6C'. Karena 6C adalah kelas terrusuh yang pernah ada. Dan kerusuhan di tangga itu tak bukan dan tak lain adalah karena 6C. Zavien dan Zulkifli, Si Duo Z itu menghalangi jalan keluar di tangga. Dan orang-orang yang yang turun tangga pun saling dorong mendorong. Aksi dorong mendorong itu membuat orang lain sukar turun tangga.
"AHH!" Rayhan (6B) sudah tidak sabar. Diterobosnya kerumunan itu semampunya. Tapi apa daya, dia tidak kuat.
"Hahaha," 6C yang sedang berada di tangga itu malah tertawa terbahak-bahak.

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.