Kamis, 10 Februari 2011

Fikri Rajendra Putra

Kenalan lebih jauh tentang Si Pendiam ini, yuk? Nama lengkapnya Fikri Rajendra Putra. Lahir di Bogor pada tanggal 4 November 1999. Hobinya ada di bidang olahraga, yaitu bermain bulu tangkis dan bermain bola. Jelas saja, tubuhnya ringan dan ramping. Berlarinya cepat sekali bak pelari profesional. Meski pendiam, tapi bakat pada bidang olahraganya tak ada yang bisa mengira. Hebat sekali! Bahkan, Fikri pernah meraih juara 4 turnamen futsal 2010 AFF.

"Ramaaai!" komentar Fikri tentang 6C.

Penyuka pelajaran IPA dan Matematika ini ingin bersekolah di Pesantren Al-Kahfi. Semoga diterima, ya! Mari kita simak pendapat teman-temannya tentang si penyuka warna hitam dan merah ini!
"Biasa saja," komentar Faishal.
"Anaknya kadang baik, kadang jail," komentar Zavien.
"Anaknya kadang-kadang suka jail," komentar Ian.
"Orangnya apa tau!" komentar Aris.

Back to Diary 6C

"Siap, gerak!" komando Tatid.
Barisan itu belum juga rapi.
"Lencang depan, gerak!" komando Tatid lagi. Tak peduli barisan yang dipimpinnya itu sudah rapi atau belum. Yang penting bagi Tatid hanyalah memimpin.
"Tegak, gerak! Ikrar syahadat!"

Ikhwan sudah selesai berbaris. Padahal akhwat belum.
"Siap, gerak!" komando Husna.
Seperti ikhwan, barisan itu juga tidak rapi. Lebih berantakan malah.
"Lencang depan, gerak! Tegak gerak! Ikrar syahadat!"
Usai berbaris, Husna tampak bingung, "barisan mana yang paling rapi, ya? Ah, dua-duanya saja, deh," kilahnya.
Dengan rusuh, mereka serempak masuk melewati pintu yang tertempel foto Sasa dan Safira. Sang siswa teladan bulan ini. Padahal jika sedang ada guru yang berdiri disitu, 6C tak akan berani serusuh itu.

Acara baris-berbaris yang kacau itu usai sudah. Setelah berdoa, Bu Nia memasuki kelas 6C dengan membawa segepok kertas ulangan yang berisikan soal sebanyak 10 butir.
"Sudah berdoa?" tanya Bu Nia sesudah meletakkan kertas ulangan itu di atas meja.
"Sudah, Bu," jawab 6C serempak.
"Mau review dulu?" tanya Bu Nia lagi.
"Mau, Bu," jawab 6C serempak lagi.
"Hahaha."

Review pun dimulai. Bu Nia membahas tentang soal-soal yang berkaitan dengan ulangan yang akan dihadapi 6C 10 menit kemudian.
"Bu, kalau kubusnya bolong gimana?" tanya Kiki.
"Kalau luas permukaan cara menghitungnya gimana?" tanya Salsa.

Sementara 6C sedang serius menyimak Bu Nia, Husna malah sedang asyik merapikan data-data Diary 6Cnya.
"Ghina, tolong kasih kertas ini ke Fikri, dong. Aku butuh data Fikri," pinta Husna.
Ghina mengangguk.
"Pik! Pik, ini!" Ghina menyodorkan kertas kepada Fikri.
"Hah, pik? Pik itu bukannya babi?" tanya Kiki.
"Hahaha."
Fikri hanya tersipu, kemudian mengambil kertas tersebut.

Review selesai. Ulangan pun tiba. Memang tidak terlalu sulit bagi mereka yang sudah belajar sebelumnya.

30 menit kemudian, bel berbunyi. Saatnya untuk T2Q.
"Ya, selesai tidak selesai, silakan dikumpulkan!" pinta Bu Nia.
6C pun mengumpulkan kertas ulangannya masing-masing.
"Silakan T2Q," kata Bu Nia.
6C lantas segera mengambil Al-Qurannya, dan berangkat T2Q.

Usai T2Q adalah jam istirahat. Saatnya untuk berhenti sejenak sambil menyantap makanan. Meski hanya 30 menit, tapi 6C berusaha untuk memanfaatkan waktu-waktu bebasnya itu.

"Percaya nggak?" tanya Bu Anis.
"Nggak," jawab 6C.
"Memang apa?" tanya Bu Anis lagi.
"Nggak tahu," jawab 6C diselingi tawa cekikikan.
"Percaya nggak, kalau kalian melihat gampar porno sedetik saja, 5 bagian otak kalian langsung rusak?" tanya Bu Anis.
Hening.
"Tapi memang betul, loh! Makanya, jangan melihat gambar porno kecuali kalau tidak sengaja, ya!" Bu Anis memberi nasehat.
6C mengangguk pasti.
"Tapi Bu, kan kalau kita lagi browsing internet, biasanya di sidebar situsnya suka ada iklan yang mengandung begituan, Bu," kata Husna.
"Cuekin saja, ya," pesan Bu Anis.
Hari ini, 6C belajar IPS tentang Globalisasi. Banyak sekali yang 6C perbincangkan dengan Bu Anis.

Istirahat, kemudian Bahasa Sunda.
"Ulangan ya, Pak?" tanya Hanifah.
"Iya, sudah siap?" tanya Pak Yuhdi.
"Siap, Pak," jawab 6C. Tapi ragu.
"Boleh baca buku sebentar ya, Pak?" pinta Ghina dengan tampak memelas.
"Baiklah, boleh. 20 menit saja, ya?" tanya Pak Yuhdi.
"Jangan, Pak. Kelamaan. Nanti ngerjainnya kapan, dong? 10 menit saja, ya?" kata Salsa.
"OK. Tapi jangan ada yang bersuara, ya," Pak Yuhdi memberi syarat.
6C mengangguk setuju.
"Hmm," Dinda bersuara.
"Karena bersuara, dikurangi 1 menit. Jadi 9 menit," kata Pak Yuhdi.
"Ish, kamu, sihh," protes seseorang.
"8 menit!" kata Pak Yuhdi.
"Sst!"
"7 menit!"
"Hahaha," tawa Zira meledak karena tak kuat melihat tampang 6C yang kocak-kocak.
"6 menit!"
Setelah itu, tak ada lagi yang berani bersuara. Dan 6 menit kemudian setelah kejadian itu, ulangan dimulai.
"Mantap!" kata Ghina.
"Hahaha."

Usai ulangan, Pak Yuhdi menyarankan agar ulangan itu dikoreksi bersama-sama. Tapi yang mengoreksi harus orang lain yang tempat duduknya jauh dari orang itu. 6C pun setuju.
"Nomor 1... Ini, dipapan tulis, ya," kata Pak Yuhdi.
"Jangan, Pak!" larang Nisa.
"Kenapa?"
"Itu, 6D lagi latihan drama diluar. Mereka kan belum ulangan. Nanti kalau mereka mengintip, gimana?" tanya Nisa.
"Betul juga, kalau begitu. Pak Yuhdi bisik-bisik saja, ya," kata Pak Yuhdi.
6C mengangguk. Dan mengoreksian pun berjalan dengan lancar.
"Waduh, ini kali pertama aku remedial. Setelah 2 tahun aku nggak pernah remedial," kata Husna. Menyesal sekali.
"Wedeeh, Nevan nilainya 10!" kata Rahma tiba-tiba.
"Hah? 10 dalam kiasan (100) atau 10 dalam arti sesungguhnya?" tanya Husna.
"10 dalam arti sesungguhnya, hahaha," jawab Rahma.
"Wedeeh, ini baru keren! 80! Rekooor!" Kalista bertepuk tangan untuk Amel, yang meraih nilai tertinggi, 80.
"Kok kalau di 6C, rekornya 80? Kalau di 6A saja, rekornya 90," kata Pak Yuhdi.
"Jangan dibandingin, Pak. Maklum dong, 6C memang sedikit lemah pada bidang ini. Tapi yang penting kan, 6C tetap ceria," kata Husna.
"Bukan maksud Bapak membandingkan, tapi...."
Ucapan Pak Yuhdi terputus karena bel berbunyi.
"OK, selesai pertemuan kita untuk hari ini. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Pak Yuhdi mengucap salam, kemudian keluar dari ruangan itu.

Bu Anis menggantikan Pak Yuhdi.
"Buat panggung!" perintah Bu Anis.
Dan dalam waktu 10 detik, panggung pun jadi.
"Nonton drama ikhwan, asyiiik!" sorak akhwat. Kemudian duduk berjejer dibawah. Siap menyaksikan.
Ikhwan pun berusaha tampil sebaik mungkin. Mempersembahkan yang terbaik untuk drama terakhir di SD itu.

Hari itu diakhiri dengan PAI 30 menit. Memang sangat singkat sekali pertemuan itu. Tapi menjadi sangat berarti ketika Pak Muslim berkata, "biar sedikit, yang penting bermanfaat."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.