Senin, 21 Februari 2011

Afiya Fathi

"Baik, tapi kadang-kadang nyebelin, pintar, dan orangnya suka cerita," komentar Rahma.
"Baik, pintar, jago baca puisi, dan gampang nangis," komentar Hanifah.
"Baik, tukang curhat, dan pintar," komentar Halimah.
"Orangnya pintar dan suka cerita yang seru-seru," komentar Kalista.

Ya, itulah komentar teman-teman tentang Afi yang jago membaca puisi. Memang, setiap lantunan puisi Afi bisa menyentuh perasaan orang yang mendengarnya. Bukan hanya membacanya yang jago, membuatnya pun, hanya Afi ahlinya.

Afi lahir di Bogor tanggal 17 Desember 1999. Afi adalah anak yang lahir paling lambat di 6C. Karena itulah, Afi dijuluki 'anak bungsu' oleh 6C. Hobi Afi adalah bermain dan belajar. Sementara cita-citanya adalah menjadi arsitek dan disainer.

Afi menyukai semua pelajaran. Afi nggak pilih kasih, ya? Hehehe. Karena menurut Afi, kita akan membutuhkan semua pelajaran untuk bertahan hidup. Seperti yang dikatakan sebelumnya, Afi tidak pilih kasih dalam menyukai sesuatu. Dan memang benar, Afi menyukai semua warna. Tuh, kan, nggak pilih kasih? Kata Afi, semua warna memiliki arti tersendiri.

Afi sudah mendaftar di SMPN 1 Bogor. Alasan Afi ingin ke sana adalah karena SMPN 1 Bogor adalah sekolah yang termasuk sekolah berstandar internasional. Selain daftar di SMPN 1 Bogor, Afi juga mendaftar di SMPIT Ummul Quro Bogor. Kata teman-teman Afi, Afi maruk karena mendaftar di kedua SMP tersebut. Hehehe.

"6C itu ribut, ceria, dan mempunyai keunikan tersendiri," komentar Afi yang pernah menjuarai lomba Creative Performance di SD Bina Insani yang diselenggarakan oleh Trans 7. Kereen! Salut, deh, untuk Afi!

Back to Diary 6C!

"Ya Allah, semoga hari ini ada upacara," pinta Hanifah. Matanya menerawang langit pagi yang cerah.
"Amin," lanjutnya. Kemudian tangannya mengusap wajah cerianya yang berkacamata.
"Orang-orang pada nggak mau upacara. Kok kamu malah mau, sih, Nip?" protes Nia yang mendengar Hanifah berdoa.
"Habis, sudah lama nggak upacara," Hanifah melontarkan sebuah alasan.
Nia menyerah.

Bel berbunyi tepat setelah percakapan itu selesai. Dan pada detik itu juga, doa Hanifah terkabulkan.
"Horee, akhirnya upacara juga!" soraknya. Wajahnya memancarkan sebuah kebahagiaan.
Nia dan kawan-kawannya yang lain hanya menatap Hanifah dengan tatapan heran.

"Siap, gerak!" Pak Yuhdi memimpin barisan 6C.
Tak ada respon dari mereka. Semuanya sibuk dengan 'permainan' mereka masing-masing.
"SIAP, GERAK!" ulang Pak Yuhdi. Kali ini beliau seperti memakai getaran suara ultrasonik yang berkekuatan 20 kiloHertz. Bak lumba-lumba yang sedang berkomunikasi atau kelelawar yang sedang bernavigasi.
Mendengar teriakan Pak Yuhdi, 6C pun menurut. Mereka menghentikan 'permainan' mereka, kemudian bersiap akan upacara yang sebentar lagi akan menjelang.

"Lencang depan, gerak!" lanjut Pak Yuhdi tanpa menggunakan ultrasoniknya.
"Mundur! Mundur!" rusuh.
"Mentok, nih! Jangan mundur-mundur terus, dong!" protes Nisa. Badannya terapit oleh tombok dan Amel.
"Hahaha."

"Tegak, gerak!" tugas Pak Yuhdi selesai.
Namun, bukannya menjadi rapi, barisan itu justru semakin kacau.

"Pili, punya tali, nggak?" bisik Husna kepada Nindi yang berdiri di depannya.
"Tali? Buat apa?" Nindi bertanya balik.
"Buat ngiket Halimah, tuh. Dari tadi dia nggak bisa diam," kata Husna sambil menunjuk orang di belakangnya.
"Ohh," secara diam-diam, Nindi pun melepas tali kerudungnya, dan memberikannya kepada Husna.
Dan Husna pun menerimanya, kemudian menyembunyikan tali tersebut di belakang punggungnya.
"Halimah," panggil Husna pelan.
"Kenapa?" tanya Halimah.
"Ulurkan tangan kamu," pinta Husna.
Halimah menurut. Diulurkannya tangannya. Kemudian dengan cekatan, Husna pun mengikat kedua belah tangan milik Halimah itu.
"Hah?" Halimah kaget ketika menyadari tangannya telah terikat kuat.
"Makanya jangan main-main terus waktu upacara!" nasihat Nindi.
"Hahaha."
"Ehh, sudah-sudah. Bu Nia ngeliatin, tuh," tegur Husna.
Mereka pun kembali fokus kepada upacara. Sementara Halimah masih sibuk untuk berusaha melepaskan tali tersebut. Hehehe.

Upacara yang dipimpin oleh kelas 5A itu berakhir sudah. Kini saatnya untuk Bimbel IPA (reguler).
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Pak Muslim memberi salam setelah beliau memasuki kelas.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab 6C kompak.
"Langsung saja, ya. Tolong dikerjakan halaman 194 sampai dengan halaman 197," kata Pak Muslim.
6C pun menurut.

15 menit kemudian.
"Sudah selesai?" tanya Pak Muslim.
"Sudah, Pak," jawab 6C.
"Mari kita koreksi bersama," kata Pak Muslim.
6C bersama Pak Muslim pun mengoreksi dengan serius.

"Nomor 15 jawabannya apa, coba?" tanya Pak Muslim.
"Penyakit AIDS merupakan penyakit yang dapat menular. Salah satu cara mencegah penularan penyakit ini yaitu...," Safira membacakan soal.
"Ada yang tahu nggak, AIDS itu disebabkan karena apa?" tanya Pak Muslim.
"Hahaha," tiba-tiba Halimah tertawa.
"Kenapa?" semua menoleh kepada Halimah.
"Hem? Kayaknya Halimah tahu, nih," kata Pak Muslim.
"Hehehe, iya, Pak," aku Halimah.
"Apa jawabannya?" Pak Muslim tampak sedang menginterogasi Halimah.
"Karena suka berzina, Pak," jawab Halimah. Disusul dengan gelak tawa.
6C hanya bingung tak mengerti.
"Berzina apaan, Pak?" tanya 6C.
"10 tahun lagi juga kalian akan mengerti," jawab Pak Muslim.
6C tambah heran.
"Berzina apaan, sih, Hal?" bisik beberapa orang.
"Ada, deh," jawab Halimah. Tetap merahasiakan.

"Sudah dulu, ya, pertemuan kita untuk hari ini. Ucapkan hamdalah," kata Pak Muslim.
"ALHAMDULILLAH!" teriak Nevan. Wajahnya menunjukkan rasa lega yang teramat sangat.
"BLIZZARD! KE SINI!" teriak Pak Muslim. Beliau tampak jengkel. Tapi entah karena apa. Mungkin karena hamdalah itu.
"Kenapa, Pak?" tanya Nevan.
"SINI!" teriak Pak Muslim lagi.
Nevan buru-buru kabur keluar kelas.
"Hahaha."

PJK.
"1... 2... 3...," Tatid memimpin pemanasan dan peregangan.
"Hem?" Tatid bingung akan gerakan selanjutnya.
"Terus kayak gimana, Pak?" tanya Tatid.
Pak Yuhdi pun memberitahu.

Agenda PJK pekan itu adalah tes. Usai tes, akhwat bermain menggunakan bakiak. Sementara ikhwan...
"Pak, ajakin adik kelas main lagi, dong," pinta Nevan manja.
"Ahh, kamu ini kayak anak kecil saja, sih. Kalau mau nantangin mereka yang nantangin sendiri saja," kata Pak Yuhdi tegas.
Nevan kecewa.

PJK selesai, dilanjutkan dengan istirahat. Kemudian IPA.
"Kalian tahu tidak, kalau...," Pak Muslim akan berbicara. Namun tampaknya, beliau lupa akan sesuatu.
"Kenapa, Pak?" tanya 6C.
"Oh, iya. Bapak tadi belum salam, ya?" tanya Pak Muslim.
"Belum, Pak," jawab Aris.
"Ya sudah, kalau begitu kita ulangi lagi. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," kata Pak Muslim.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab 6C.
"Hahaha."

IPA pun terus berlanjut.
"Pak, satelit alam itu gunanya untuk apa, sih?" tanya Afi.
"Buat hiasan doang," jawab Halimah.
"Hahaha."

IPA yang lumayan seru itu terus berlanjut hingga 90 menit kemudian.
"Kita lanjutkan di lain pertemuan. Ucapkan hamdalah!" kata Pak Muslim.
"ALHAMDULILLAH!" teriak Nevan. Yah, keceplosan lagi.
"NEVAN! SINI!"
"Hahaha, Nevan kena lagi!"

IPA selesai, dilanjutkan dengan istirahat, T2Q, dan Bahasa Indonesia. Kemudian sholat Ashar dan pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.