Senin, 14 Februari 2011

Blizzard Nirvana

Nevan terlahir sebagai anak yang ceria di Jakarta pada tanggal 6 Agustus 1998. Seluruh kegiatannya selalu berkaitan dengan bola. Coba saja, hobinya bermain futsal, cita-citanya menjadi pemain bola, dan pelajaran kesukaannya adalah PJK. Jelas, semuanya dapat disimpulkan bahwa Nevan adalah maniak bola sejati.

Nevan menyukai bola sejak kecil. Dan kelak, Nevan ingin membawa nama baik Indonesia melalui permainan bolanya yang sudah masuk ke dalam golongan orang-orang jago itu. Kalau bola sudah ada di tangan Nevan, Nevan pasti bisa menggiring bola itu ke depan gawang lawan dan membobol gawang tersebut. Coba saja buktikan, Nevan Si Pencetak Gol!

Sejak kelas 4, atau bahkan sejak kelas 1, Nevan suka sekali PJK, alasannya selain bisa bermain bola, di PJK juga tidak ada tugas tulis-menulis yang sedikit dibenci Nevan.

"6C selalu ceria," komentar penyuka warna hijau ini.

Nevan ingin melanjutkan sekolahnya ke SMP Football 1 Jakarta. Alasannya karena menurut Nevan, sekolah itu cocok sekali dengannya. Karena sering diadakan tournament-tournament seru.

"Aku pernah menang juara 1 lomba futsal tingkat Indonesia," cerita Nevan tentang prestasi bolanya.
"Indonesia?" tanya akhwat heran.
"Iya," jawab Nevan pasti.
"Nggak percaya, ah, lawan kelas 5C saja kalah, kok," tuding Husna.
"Yahh, demi Allah!" Nevan bersumpah.

Ya, Nevan pernah menjuarai lomba itu. Lomba futsal tingkat Indonesia saat tahun 2010, atau tepatnya saat Nevan kelas 5. Dan Nevan dapat meraih juara pertama. Hebat, ya? Meski sedikit sulit dipercaya.

"Orangnya jago main bola 40 persen sampai 60 persen," komentar Aris.
"Orangnya lumayan kalau main bola, walau pun suka maruk dan serakah bola," komentar Tatid.
"Orangnya nyebelin, tapi lumayan baik," komentar Kiki.
"Orangnya jail," komentar Ridwan.

Sudah dulu, ya, tentang NSPG (Nevan Si Pencetak Gol). Back to Diary 6C!

Cuaca pagi itu sedang tidak bersahabat. Mendung. Tetapi, meski pun begitu, cerianya 6C tetap ada. Karena, keceriaan 6C tak akan pernah hilang meski pun badai datang menghadang.

Di hari yang mendung itu, 6C melangkah dengan pasti memasuki kelas mereka yang tercinta. Di dalam, mereka bingung, di mana tempat duduk mereka? Formasi yang terdapat di sana bukanlah formasi seperti formasi yang mereka tinggalkan terakhir kali, tepatnya di hari Jumat kemarin. Akhirnya, 6C lebih memilih untuk duduk di sembarang tempat.

Bel berbunyi. 6C sudah siap untuk upacara. Tapi sayang, upacara ditiadakan lagi.
"Pekan kemarin tidak ada upacara, masak sekarang tidak ada upacara lagi, sih?" keluh Dinda.
"Iya, sih. Mentang-mentang kelas 3 sampai kelas 5 ada olimpiade sains," tambah Husna.

Dengan hati yang sedang rindu pada upacara, 6C berbaris di luar. Rusuh.
"Cepetan, Mel! Keburu ikhwannya masuk kelas duluan," suruh Sasa.
Amel pun berlari masuk ke dalam kelas. Berdesak-desakan diantara barisan ikhwan.
"Awas, jangan mau diserobot!" teriak Kiki.
Kerusuhan itu berakhir ketika Bu Anis datang dan merapikan barisan itu.

"Aduh, tempat duduknya kok berantakan sekali?" tanya Bu Anis ketika Morning Meeting baru akan dimulai.
"Iya, Bu. Tiba-tiba sudah begini," 6C menjawab keheranan Bu Anis.
"Ya, sudah. Kalau begitu, kita rubah lagi, ya," kata Bu Anis.
"Iya, Bu," jawab 6C semangat.
"Tapi…." Bu Anis belum sempat menyelesaikan kalimatnya.
"Pasti disuruh tilawah dulu," potong 6C.
"Iya, dong," kata Bu Anis. Tersenyum.
"Yahh," 6C mengeluh. Keluhan yang sudah biasa terdengar.

Tilawah selesai. Rusuh.
"Selang-seling! Ikhwan di situ!" perintah Bu Anis.
Cuek. Semua sibuk dengan urusannya masing-masing.
"Ihh, kan kata Bu Anis akhwat di sini," teriak Zira ribut.
"Di sini ikhwan, di sana baru akhwat!" balas Aris tak kalah ribut.
"Tenang, tenang! Kan kata Bu Anis selang-seling!" Bu Anis menjadi penengah.

Semua anak sudah mendapat tempat duduk. Dan waktu Morning Meeting sudah habis. Saatnya untuk Bimbel IPA (reguler). Bu Anis pun keluar dari kelas yang ceria itu sembari mempersilakan Pak Muslim untuk masuk.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Pak Muslim membuka pertemuan di hari itu.
"…," 6C diam. Sibuk sendiri.
"Kalau ada orang mengucapkan salam, har…," Pak Muslim belum sempat mengusaikan kata-katanya.
"Waalaikumusalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab 6C. Mereka tahu, sebentar lagi, mereka akan mendengar ocehan panjang dari Pak Muslim . Karena itu, mereka lebih memilih untuk segera menurut.
Pak Muslim terlihat jengkel. Tapi 6C masih memasang tampang ketidakpedulian mereka.

Hujan deras mengguyur.
"Yah, hujan," keluh Salsa.
"Nanti waktu PJK nggak bisa main bola, deh," tambah Husna.
"Semoga hujannya cepat selesai," Dinda berharap.
"Aku nggak bawa dalaman ganti, lagi," kata Halimah.
"Aku bawa," kata Salsa sambil mengangkat baju olahraganya. Terlihat kaus Fifa World Cup 2010 di dalamnya.
"Aduh, bukan itu. Maksudnya yang dalamnya lagi," kata Halimah sembari menepuk keningnya.
"Oh, hahaha," Salsa tertawa setelah menyadari kesalahannya.

Karena hujan, mendung, dan gelap, Pak Muslim pun menyalakan lampu.
"Kok lampunya nyala 1, doang?" tanya Pak Muslim.
"Namanya juga kelas miskin, Pak," jawab 6C.
"Hahaha."

"Buka halaman 187!" perintah Pak Muslim.
6C segera membuka buku Detik-Detik UASBN Intan Pariwaranya masing-masing.
"Sudah dikerjakan, Pak," lapor Ghina.
"Siapa yang suruh kerjain?" tanya Pak Muslim, "bapak hanya suruh membuka saja."
"Ahh, iya deh, iyaa!" Ghina mengalah.
"Hahaha," Pak Muslim tertawa penuh kemenangan karena bisa membalas 6C, "kita koreksi bersama, ya!"

Usai mengoreksi, Pak Muslim memberi tugas mengerjakan Try Out 2 sampai nomor 20.
"Sudah selesai, Pak," kata 6C 15 menit kemudian.
"Ya, kita koreksi. Nomor 1…," Pak Muslim pun mulai membimbing 6C.

Bel berbunyi. Dalam hati, 6C bersorak. Tapi dalam hati, tentu saja. Karena kalau terang-terangan, pasti Pak Muslim akan mulai mendamprat 6C dengan menyampaikan argumen-argumen yang sudah sering disampaikannya kepada 6C.

PJK dimulai.
"Kita nggak usah pakai pemanasan dan peregangan, ya?" tanya Pak Yuhdi.
"Kenapa, Pak?" Safira bertanya balik.
"Hujan. Kita langsung saja ke materi," kata Pak Yuhdi.
6C setuju.
"Akhwat buat 2 baris, ikhwan buat 2 baris," kata Pak Yuhdi.
"Estafet lagi, Pak?" tanya Fikri.
"Bukan, jogging," kata Pak Yuhdi.
"Ohh," Fikri mengangguk paham.

Pluit Pak Yuhdi berbunyi nyaring. Kemudian keempat barisan itu pun berlari. Tidak kompak. Barisan pertama cepat sekali. Barisan kedua juga cepat, hanya tak secepat barisan pertama. Sementara barisan ketiga lambat, dan barisan keempat lambat sekali.
"Kalau nggak kompak begitu, kita hujan-hujanan terus, nih," kata Pak Yuhdi.
"Ikhwannya jangan cepat-cepat, dong! Sesuaiin sama akhwatnya!" protes Hanifah.
"Salah sendiri lambat," ceplos Ridwan.
"Tapi kan ini jogging. Jogging itu lari pelan! Bukan lari cepat!" tambah Kalista.
"Biarin," ikhwan cuek.

Jogging pun diulangi lagi.
"Masih belum kompak, ah!" kata Pak Yuhdi kurang puas, "ulangi lagi!"

Pluit Pak Yuhdi kembali berbunyi. Jongging pun diulangi lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Yah, lumayan," kata Pak Yuhdi.
6C tersenyum.
"Sekarang boleh olahraga bebas!" kata Pak Yuhdi.

Ikhwan 6C menantang ikhwan 5C. Tampaknya, kini ikhwan 6C sudah mulai percaya diri setelah kalah sekitar 2 kali.
"Lapangannya licin, ikhwan nekat banget," akhwat khawatir.
Ikhwan cuek. Bagi mereka, pertandingan lebih penting dari pada menunggu lapangan kering.
Pertandingan dimulai.
"Ayo 6C!" teriak akhwat penuh semangat.
Naufal menggiring bola. Kemudian mengopernya kepada Fikri. Fikri berniat untuk mengopernya kepada Nevan, tapi Fikri terpeleset sedikit, untung tidak jatuh, tapi yang ada, bola malah direbut oleh adik kelas. Nevan berusaha mengambil kembali bola tersebut. Tapi adik kelas itu begitu lincah. Sehingga dia berhasil membawa bola itu ke depan gawang 6C. Tegang.
"Horee," akhwat bersorak karena Faishal berhasil menahan bola itu dengan kedua belah tangannya.

Pertandingan dilanjutkan.
Nevan mendapatkan bola, hasil merebut dari adik kelas. Satu persatu lawannya di lewatinya dengan gagah berani hingga sampailah Nevan pada depan gawang 5C. Dan dengan kuat sekali, Nevan menendang bola tersebut.
"GOL!" teriak akhwat. Disusul dengan tepuk tangan dan sorakan riuh.
"Ayo berjuang! NSPG!" teriak Husna dari pinggir lapangan.
"NSPG?" Rahma bingung.
"NSPG itu Nepan Si Pencetak Gol!" papar Husna.
"Ohh," Rahma kini paham.

Pertandingan terus berjalan. Skornya sudah 2-1 atas 6C.
"Wedeeh, tumben," sorak Sasa.
"Aku yakin, hari ini kita akan pulang membawa kemenangan," kata Salsa mantap.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 tepat. Saatnya untuk istirahat. Pluit panjang pun sudah berbunyi.
"Huhh, 2 sama!" teriak Dinda sebal.
"Baguslah, lumayan. Setiap hari ada kemajuan. Pertandingan pertama kita kalah telak, 4-0. Pertandingan kedua masih kalah juga, tapi ada sedikit kemajuan. Yaitu 4-3. Dan pertandingan hari ini sungguh mantap, 2-2. Dan pekan depan, aku yakin 5-0 untuk 6C!" kata Husna.
"Wah, itu pasti!" dukung Hanifah.

Ikhwan masuk kelas dengan keadaan bau. Sebelum berganti pakaian, ikhwan minum terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk mengganti cairan tubuh yang terbuang akibat berkeringat.

30 menit setelah itu, Pak Muslim memasuki kelas 6C. Pelajaran IPA pun, dimulai.
"Ada yang tahu, siapa yang membuat teori Geosentris?" tanya Pak Muslim.
"Saya, Pak!" kata Aris.
"Ya, siapa?" tanya Pak Muslim.
"Maksunya, yang membuat teori Geosentris itu sayaa!" kata Aris.
"Hahaha," 6C tertawa karena paham maksud Aris.
"Ya, yang membuat teori Geosentris adalah Aristoteles beserta kawannya, Ptolomeus," jelas Pak Muslim.

Setelah IPA, ikhwan bergegas menuju masjid. Dan akhwat bergegas menuju kamar mandi. Usai sholat Dzuhur, mereka makan bersama.
"Ibu, katering aku belum datang-datang," keluh Salsa.
"Sabar saja. Makan dulu punya Syamila atau punya Zulkifli. Mereka kan tidak masuk hari ini," kata Bu Anis.
Salsa menurut dan bergegas mencuri katering milik Zulkifli.

Tiba-tiba, kepala Bu Nia melongok lewat pintu 6C.
"Anak-anak, bagi yang langganan katering merah, yang kotak, dimohon tidak diminum, yoghurtnya," Bu Nia datang membawa sebuah berita penting.
"Kenapa, Bu?" tanya Bu Anis.
"Basi," kata Bu Nia.
"Yahh, aku sudah minum, Bu," kata Aristoteles. Eh, maksudnya Aris.
"Aku juga Bu, tapi sedikit. Gimana, dong?" kata Ghina.
"Kalau yang sudah terlanjur nggak apa, tapi kalau yang belum diminum, jangan diminum, ya," pesan Bu Anis setelah Bu Nia pergi.
6C pun mengangguk mengerti dan segera mengumpulkan yoghurt mereka (bagi yang langganan katering tersebut).

"Hari ini, seluruh level 6 T2Q dimasjid," sebuah informasi terdengar dari pengeras suara di lantai 2.
"Aris, hari ini T2Q di masjid, latihan khataman. Awas, ya, kalau kamu ketiduran kayak kemarin," pesan Bu Anis kepada Aris.
"Tapi Bu, latihan khatamannya nggak seru. Saya jadi mengantuk terus, Bu," Aris memberi sebuah alasan.
"Sudah, pokoknya kalau Aris ketiduran, harus ada yang bangunin, ya," kata Bu Anis kepada ikhwan yang lain.
Ikhwan pun mengangguk.

Usai latihan khataman di masjid.
"Aris, tadi ketiduran, nggak?" tanya Bu Anis.
"Nggak, Bu,"jawab Aris.
"Tapi kok, kata salah satu Bu Guru di sana, tampang Aris masih tampang mengantuk begitu," kata Bu Anis.
"Hahaha."

Bahasa Indonesia, membacakan puisi.
"Bu, ini puisi siapa?" tanya Dinda kepada Bu Anis.
"Puisi Nevan," jawab Bu Anis.
"Idihh, bagus banget," komentar Dinda.
"Aku nggak percaya, NSPG bisa bikin puisi sebagus ini. Bakat juga dia. Kata-katanya puitis semua," tambah Husna.
"Eh, Bu Anis lihat kok, waktu Nevan bikin puisinya," kata Bu Anis.
"Keren."

Satu demi satu anak-anak yang ceria itu pun maju ke depan membawakan puisi mereka. Karena waktu sudah habis dan belum semua yang tampil, maka mendeklamasikan puisi itu pun dilanjutkan esok.

Saat pulang. Beberapa akhwat berpapasan dengan Tatid yang sedang memakai kaus bola bernomor punggung 15 (makanya dijuluki Tatid Utina atau Tatid Betina (kata Kiki)).
"Woo, Tatid mau pamer baju!" teriak Rahma.
"Iya, sih. Pamer-pamer," dukung Dinda.
"Baju Orchad dipakai-pakai," tambah Husna.
"Hahaha."

Berakhirlah hari yang ceria itu dengan penuh tawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.