Rabu, 09 Februari 2011

Ghina Asty Fitri

"Ghina itu lucu, suka ngelawak, kocak, ketawa lebar kagak bisa berhente-berhente," komentar Sasa.
"Ghina kocak, kalau ketawa kagak selese-selese," komentar Dinda.
"Ghina itu baik, wajahnya juga berparas cantik. Jago akting (terutama untuk peran antagonisnya), bernyanyi, dan melawak. Pokoknya, kalau sudah akrab sama Ghina, seru, deh! Bisa ketawa terus. Hahaha," komentar Husna.
"Ghina suka ngelucu, kocak, kalau ketawa suka keterusan (overdosis), kadang-kadang suka aneh," komentar sahabat karib Ghina, Nia.

Yap! Dapat disimpulkan bahwa Ghina adalah anak yang jago menghibur orang alias jago melawak. Lawakannya selalu saja mengundang tawa orang lain. Meski begitu, bukan berarti bakat Ghina hanya pada ada pada bidang melawak. Banyak, kok, bakat-bakat Ghina yang lain. Salah satunya adalah bakat mewarnai. Gitu-gitu, Ghina pernah beberapa kali menjuarai lomba mewarnai saat TK, loh! Dan Ghina meraih juara 3. Pernah juga meraih juara 1. Hebat, ya? Salut untuk Ghina.

Ghina yang lahir di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1999 ini memiliki cita-cita yang mulia. Yaitu menjadi dokter. Tak hanya cita-citanya saja yang mulia, alasan Ghina ingin menjadi dokter itu pun sangat mulia.
"Aku ingin menjadi dokter. Karena, aku mau membahagiakan Ayah Bunda... Dan aku mau menolong orang-orang dan teman-teman yang sakit. Biar bisa bermain bersama lagi... Hehehe," ucap Ghina menirukan sebuah iklan.

Hidup Ghina biasa dihabiskan untuk bernyanyi, mendengarkan lagu, dan online. Tak lupa juga sholat, tilawah, dan berdzikir. Ghina memang anak yang baik dan patut untuk menjadi teladan bagi yang lain. Kata Ghina, kalau Ghina sudah tamat dan lulus SD (amin), Ghina ingin masuk ke SMPIT Ummul Quro. Alasannya sama saja dengan yang lain, yaitu karena banyak teman-teman yang mau bersekolah di sana.

"I lope 6C. Hahaha... Anak-anak disini, teh... Kocak-kocak... Suka bikin lelucon dan bikin aku ngakak. Wakwakwak... Hahaha...," komentar si penyuka warna biru, hitam, kuning, hijau, dan pink ini.

Back to Diary 6C!

"Ada yang bosan dengan teman sebangkunya?" tanya Bu Anis memulai hari yang cerah itu.
"Banget, Bu," jawab sebagian besar murid.
"Hahaha, pindah, yuk?" ajak beliau.
6C mengangguk.
"Tapi, tilawah dulu," Bu Anis memberi syarat.
"Yahh," 6C kecewa dengan syarat Bu Anis tersebut.
"Jangan tilawah deh, Bu. Murajaah saja," pinta Salsa.
"Kok nawar? Tapi... Boleh, deh," kata Bu Anis mengalah.
6C pun memulai murajaah mereka.

Usai murajaah, Bu Anis menentukan formasi yang akan dibuat. Ternyata, ini formasi baru. Formasi pengadilan. Dan nanti, guru yang mengajar yang akan menjadi tersangka. Ada yang menjadi jaksa, pengacara, dan saksi pula. Tapi itu hanya khayalan. Karena sesungguhnya, mereka hanya berada di sebuah kelas, bukan pengadilan.

MM usai sudah. Dilanjutkan dengan T2Q dan Bimbel Bahasa Indonesia.
"Kerjakan TO 1 di buku Detik-Detik UASBN, ya," pinta Bu Anis.
"Iya, Bu," kata 6C sembari mengeluarkan buku yang dimaksud.
"Bu, aku sudah dikerjakan di rumah," kata Ghina dan beberapa murid lain.
"Kalau begitu, 5 bintang!" kata Bu Anis.
"Horee."

Istirahat, Bahasa Inggris.
"Ada yang tahu, apa itu simple future tense?" tanya Bu Sari di awal pelajaran.
6C tak ada yang menjawab. Hening.
"Simple future tense is used to express something or activity that happens in the future," Bu Sari menjelaskan materi dalam Bahasa Inggris. Karena 6C tak mengerti, Bu Sari pun menerjemahkannya.

Setelah istirahat, yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba, yaitu drama di Bahasa Indonesia.
"Kalian latihan dulu diluar, ya. Bu Anis menyiapkan panggungnya dulu," kata Bu Anis.
6C pun bergegas keluar kelas dan latihan drama. Sementara 6C sedang latihan drama, Bu Anis menyatu-nyatukan meja agar terlihat seperti panggung.
"Sudah selesai," kata Bu Anis puas melihat panggung buatannya. Kemudian, beliau menyuruh seluruh murid 6C masuk kembali ke dalam kelas.

"Gilirannya mau terserah Ibu atau mau dikocok?" tanya Bu Anis.
"Dikocok!" seru 6C.
Bu Anis pun mulai mengocok.
"Nomor 1, ikhwan kelompok 1," kata Bu Anis.
"Belum siap, Bu," kata Kiki.
Bu Anis pun mengocok lagi.
"Nomor 1, ikhwan kelompok 2," kata Bu Anis.
"Belum siap juga, Bu," kata Nevan.
Bu Anis pun mengocok lagi.
"Nomor 1, akhwat kelompok 2," kata Bu Anis.
"Siap, Bu!" kata akhwat kelompok 2.

Mereka pun memulai aksi mereka. Mereka menampilkan sebuah drama musikal yang berjudul Arti Sahabat. Pada lagu kedua, memang susah, Husna dan Salsa harus bisa ngerep. Usai drama itu, drama kelompok 1 akhwat. Drama kelompok 1 akhwat berjudul Ibu. Drama yang hebat, karena membuat hampir seluruh akhwat menangis. Menangis sungguhan, loh! Sungguh haru sekali saat-saat itu.

Waktu habis. Ikhwan belum sempat tampil. Jadi, ikhwan akan tampil pada hari Jumat.

Pelajaran terakhir Matematika. Bu Nia mengadakan Quiz Tok-Tok. Bu Nia membagikan soal ke tiap kelompok di pengadilan itu, eh, salah. Bukan pengadilan, tapi kelas. Kertas soal itu sudah usang.
"Harap maklum, ya. Kertasnya sudah jelek begini. Soalnya, sudah dipegang oleh lebih dari ratusan anak," kata Bu Nia.
"Hahaha, iya, Bu."

Lagi-lagi waktu habis. Padahal 6C baru menjalankan 5 putaran.
"Bu Nia kecewa. Bu Nia kan suruh kalian berdiskusi. Bukan melihat jawaban teman seperti yang kalian lakukan tadi. Bu Nia lebih kecewa lagi saat kalian malah enak-enakan baca Cendekia saat teman-teman yang lain berdiskusi bersama. Bu Nia bisa maklum sedikit, sih. Karena hari sudah sore. Tapi kalau begitu caranya, Bu Nia nggak bisa terima," Bu Nia menyatakan perasaannya sore itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.