Jumat, 11 Februari 2011

Prily Nindita Fauzi

"Pilip tuh... Apa, ya? Gampang marah!" ceplos Amel.
"Galak! Kadang baik, tapi kadang cuek," komentar Nisa.
"Nindi itu pernah sih, bikin aku kesal. Tapi pernah juga baik, hahaha," komentar Kalista.
"Pili ketawanya lucu," komentar Zira.

Ya, Prily Nindita Fauzi namanya. Lahir di Jakarta pada tanggal 3 April 1999. Hobinya mendengarkan lagu dan menonton televisi. Cita-cita Nindi adalah menjadi fotografer dan dokter. Kelak, Nindi berharap dia bisa masuk surga. Amin. Dan siapa sih, yang nggak mau masuk surga? Selain masuk surga, impian Nindi yang lain adalah kembali bertemu dengan 6C ketika sudah berpisah nanti. Amin lagi, ya? Amin, dong! Hehehe...

Penyuka warna biru, biru muda, dan merah ini akan bersekolah di SMPIT Ummul Quro Bogor ketika sudah tamat SD nanti. Kalau ditanya kenapa, dia akan menjawab, karena dimasukinnya ke sana. Hahaha. Nindi menyukai pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, dan PKn. Karena menurut Nindi, ketiga pelajaran itu seru dan mengasyikkan. Selain itu, gurunya juga baik, pula.

"6C itu seru, kocak, rame, rusuh, orangnya baik-baik, selalu membuat aku selalu ceria... Akhwatnya cantik, dan selalu ceria... Ikhwannya juga ceriaa!" komentar Nindi yang pernah menjuarai lomba menyusun huruf hijaiyah di kelas 2 itu.

Nindi di mata kawan-kawannya adalah seorang anak yang baik dan suka menolong. Meski memang, kadang-kadang menjengkelkan. Nindi memiliki tangan yang bisa berkarya, maksudnya, Nindi adalah anak yang terkenal kreatif di kalangan teman-temannya. 

Back to Diary 6C!

Hari memang terkadang tak berjalan sesuai dengan harapan. Tapi tidak bagi 6C. Bagi 6C, semua hari berjalan dengan mulus. Hari yang sial bukan alasan bagi 6C untuk tidak ceria. Karena untuk 6C, semua hari adalah hari yang ceria. Seperti kata Spongebob Squarepants, it is the best day ever!

Mungkin pagi ini bisa disebut pagi yang kurang menyenangkan. Karena Pak Muslim masuk ke dalam kelas 6C dengan tampang masam. Beliau membawa kertas sebanyak 120 lembar yang berisikan soal ulangan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Pak Muslim membuka hari itu dengan ucapan salam.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab 6C serempak.
"Review dulu, dong, Pak," pinta Halimah memelas.
"Baiklah," jawab Pak Muslim yang sepertinya iba melihat tampang Halimah.

Usai review, Pak Muslim membagikan selembar kertas kepada masing-masing anak yang berada di ruangan itu.
"Ini ulangan yang pertama, Gaya dan Gerak. Kalau sudah selesai, silakan dikumpulkan, dan ambil ulangan yang Energi Listrik. Kalau sudah selesai lagi, silakan dikumpulkan lagi, dan ambil ulangan yang Hemat Energi," jelas Pak Muslim.
"Sadis, banyak banget ulangannya," komentar Kiki.
"Hahaha."

Setelah ulangan yang 'sadis' itu berakhir, kini saatnya untuk jantung berdebar. Karena, sesaat lagi, ulangan Matematika akan dibagikan.
"Ada 13 orang yang tidak remed," kata Bu Nia.
"Hah?" 6C kaget.
"Itu baru yang tidak remed, loh! Safira tapi belum ulangan karena kemarin nggak masuk. Jadi yang remed ada berapa, coba?" tantang Bu Nia.
"16," jawab 6C lemas.
"Ya, 16 orang yang remed. Dan yang namanya dipanggil, silakan ambil ulangannya, ya," kata Bu Nia.

"Faishal," Bu Nia memanggil Faishal.
Faishal pun beranjak dari kursinya, dan mengambil ulangan itu.
"Wedeeh, 100!" goda ikhwan.
"Keren, ih," akhwat terkagum-kagum.

"Hanifah," panggil Bu Nia lagi.
Seperti layaknya Faishal, Hanifah mengambil ulangannya itu. Dan wajahnya tampak berseri-seri ketika melihat hasilnya.
"100! Keren. Pasti Nipah senang banget, tuh. Keliatan dari mukanya," kata Ghina.
"Hahaha."

Ya, di 6C, ada 2 orang yang mendapat nilai 100, yaitu Faishal dan Hanifah. Dan yang diatas 70 ada 13 orang (ditambah Faishal dan Hanifah). Sementara yang remedial ada 16 orang.

"Tinggalkan dulu ulangannya, mari kita buka lembaran yang baru. Yaitu...," kata Bu Nia sambil menulis materi baru yang akan dipelajari di papan tulis.
"Nah, kalau yang ini, aku sukaa!" kata Ghina ketika tahu apa yang akan dipelajari.
Bu Nia hanya tersenyum melihat tingkah Ghina.

Matematika yang menegangkan sekaligus sedikit mengecewakan itu berakhir. Kini saatnya untuk berhenti sejenak. Istirahat. Ikhwan bermain bola dari kertas.
"Gol! 4-0," seru ikhwan.
"Hahaha."

Setelah 30 menit, istirahat pun berakhir. Bimbel Matematika (reguler) dimulai. Dan lagi-lagi bersama Bu Nia.
"Kerjakan soal yang ini, ya," kata Bu Nia sambil menunjuk sesuatu di buku Detik-Detik UASBN.
"Di buku atau di LJK?" tanya Zulkifli.
"Di LJK," kata Bu Nia.
"Sampai nomor berapa? 40?" tanya Salsa.
"Nggak, 20 saja. Soalnya waktunya tidak mencukupi. Kerjakan yang serius, ya. Karena akan dimasukkan ke dalam nilai," kata Bu Nia.
"Iya, Bu," jawab 6C sebelum mereka sibuk dengan soal-soal itu.

Bel berbunyi. Bu Nia mempersilakan ikhwan untuk bergegas ke masjid. Sementara ikhwan sholat Jumat di masjid, akhwat membuat pembatas buku bersama Bu Dewi.
"Halimah, ngapain bawa kardus sebesar ini?" tanya Bu Dewi ketika melihat kardus Halimah yang sebesar kardus televisi (besar banget?).
"Soalnya aku nggak tahu Bu, ternyata cuman mau buat pembatas buku," kata Halimah.
"Hahaha."

Ikhwan sudah kembali ke kelas dan akhwat masih sholat Dzuhur.
"Ikhwan, keluar dulu. Beri kesempatan akhwat untuk sholat," kata Bu Anis.
Ikhwan pun keluar kelas tanpa protes.

Bimbel US kali ini adalah Bahasa Inggris. Lagi-lagi mengerjakan soal. Biasa, lah. Dan sebagai penutup hari untuk hari yang cerah ini, Bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.