Kamis, 17 Februari 2011

Naufal Ahmad

Naufal Ahmad namanya. Akrab di panggil Naufal. Tapi lebih akrab lagi dipanggil Bacang. Naufal lahir di Jakarta pada tanggal 27 September 1999. Hobi Naufal adalah bermain. Tapi tentunya nggak lupa juga dengan belajarnya, dong.

Naufal kelak ingin menjadi dokter yang sukses. Karena Naufal bilang, dia ingin menyembuhkan orang-orang yang sakit. Semoga cita-citamu tercapai, ya!

Mari kita simak pendapat teman-temannya Naufal.
"Anaknya jail-jail-jail-jail-baik," komentar Zavien.
"Suka lempar-lempar penghapus," komentar Nio.
"Anaknya suka ngeledek kalau ngasih jajan atau makanan suka sedikit," komentar Ian.
"Kadang-kadang baik," komentar Kiki.

Naufal yang menyukai pelajaran IPS ini akan bersekolah di SMPIT Ummul Quro Bogor setelah lulus dari SDIT Ummul Quro Bogor. Kata Naufal, dia lagi ingin saja.

"6C itu ramaaai!" komentar yang menyukai warna merah, biru, dan hijau ini.

Back to Diary 6C!

6C tampak sangat bersemangat sekali hari ini. Kau tahu? Mereka tak biasanya seperti itu. Alasannya adalah karena pada Kamis ini, sekolah menetapkan bahwa seluruh murid SDIT Ummul Quro Bogor pulang pukul 2, entah karena ada apa, 6C tak mau tahu. Yang penting, mereka bisa pulang lebih awal hari ini.

Pagi itu, akhwat mau pun ikhwan rusuh. Akhwat memainkan sebuah permainan. Namanya apa, mereka pun tak tahu.
"Anak ayaaam, petok-petok! 12 jadi patung!" wajah akhwat 6C sibuk menahan tawa.
"1," yang menjaga menghitung.
"12!" teriak Si Penjaga setelah mengucapkan angka 11.
"Aaa," akhwat 6C langsung ribut menyelamatkan diri mereka masing-masing dari terkaman maut Si Penjaga tersebut.
"Hahaha."

Berbeda dengan ikhwan, di sela waktu sebelum bel, mereka sibuk nongkrong di luar. Membicarakan sesuatu yang kedengarannya asyik sekali. Sepertinya, 6C tertukar. Seharusnya ikhwan yang sibuk bermain, sementara akhwat mengobrol. Hahaha.

Bel berbunyi 15 menit kemudian. Aris dan Hanifah, dengan penuh tanggung jawab memimpin kedua barisan itu.
"Siap, gerak!"

Berbaris selesai. Dilanjutkan dengan berdoa.
"Bersiap!" teriak Rahma.
"Bersiap!" lanjut Zira.
"Bersiap!" Afi tak mau kalah.
"Bersiap!" Husna juga tak mau ketinggalan.
"Bersiap!" Dinda ikut-ikutan.
"Hahaha," kemudian, 6C tergelak bersama.

Seusai berdoa, dengan antusias, mereka mendengarkan untaian kata demi kata yang setiap sepersekian detiknya terlontar dari bibir Bu Nia.
"Kita bermain senam beruntun, yuk?" ajak Bu Nia.
"Hah?" 6C melongo tak mengerti.
"Bu Nia akan memberikan sebuah gerakan, dan kalian harus mengikutinya. Kalau Bu Nia sudah selesai, Bu Nia akan menyebutkan satu nama dari 30 nama di sini. Kemudian bagi yang merasa namanya disebut, silakan memberikan sebuah gerakan lagi. Begitu untuk seterusnya," kata Bu Nia.
6C mengangguk mengerti. Kemudian Bu Nia memulai aksinya, gerakan pertama.
"Hanifah," panggil Bu Nia.
Hanifah bingung akan gerakan apa yang akan dia persembahkan untuk diikuti teman-temannya. Tapi kemudian, mata Hanifah berbinar, dia mendapat sebuah ide. Hanifah pun mulai bergerak.
"Hahaha," 6C lalu tertawa karena Hanifah mempraktekkan sebuah tarian yang entah dari mana asalnya. Yaitu chicken dance.

Senam kecil yang ceria itu usai. Kini, Bu Nia memberikan materi dengan serius.
"Bu, kalau UASBN itu, sebaiknya mengerjakan 1 nomor berapa lama, Bu?" tanya Ghina.
"UASBN itu kurang lebih 1 setengah jam, jadi...," Bu Nia berfikir sejenak.
"Ahh, kok sebentar banget, Bu?" protes Ghina.
"Bukan 1 setengah jam, deh, tapi 2 jam," ralat Bu Nia.
"Alhamdulillah," Ghina tampak lega.
"Kalau 2 jam, dibagi seluruh soal jadi 3. Jadi setiap soal 3 menit saja," saran Bu Nia.
Ghina mengangguk paham.

Di menit-menit terakhir, Bu Nia memberikan 5 soal ala Bu Nia. Cukup mudah memang, tapi sedikit menjebak.
"Selesai, Bu," sahut 6C bersamaan. Hehe, kompak, ya?
"Taruh disini, akan Bu Nia koreksi," kata Bu Nia sambil menunjuk meja guru.
6C pun segera mengumpulkan tugasnya.

Matematika usai. Saatnya untuk T2Q, tapi sebuah kegemparan terjadi.
"Awas, ada bule!" teriak 6C.
"Bule? Sule, kali."
"Hahaha."
"Sulenya tinggi banget, ya?" tanya seseorang.
"Sule?"
"Eh, keceplosan, bule, deng."
"Hahaha."
"Anak-anak, T2Q! It is time for T2Q!" Bu Sari berusaha membubarkan kerumunan itu.
6C dan beberapa anak lainnya tak mau menurut. Hingga pada teguran kelima, mereka pun menurut.
"Anak-anak susah banget, sih," protes Bu Sari.

Usai T2Q, saatnya untuk istirahat. Tapi raut muka Ghina tampak tak seperti biasanya.
"Ghina kenapa?" tanya Rahma.
"Aku... Aku... Aku serasa terbang," jawab Ghina.
"Hah? Terbang?" tanya akhwat 6C.
"Tadi... Tadi... Tadi aku berbincang banyak sama Jason William. Terus tadi aku juga salaman sama dia," aku Ghina.
"Jason William? Siapa Jason?" tanya Syamila.
"Dia... Dia bule itu," Ghina jujur.
"Kenapa sih, Ghin? Naksir?" tanya Husna heran.
"Iya kali," kata Ghina cuek. Tatapannya seperti orang yang sedang terhipnotis sesuatu.
"Kalau dia sudah punya istri gimana, Ghin?" tanya Sasa.
"Bodo!" sahut Ghina.
"Memang kamu sama dia berbincang apa saja sih, Ghin?" Nia menginterogasi Ghina.
"Aku tanya ke dia, 'what do you think about our school?' terus dia jawab apaa, gitu. Pokoknya ada great, great, nyaa! Terus aku tanya-tanya lagi banyaaak, deh," cerita Ghina.
Akhwat 6C masih menunggu kata-kata Ghina yang selanjutnya. Tapi Ghina malah kabur. Mungkin mau jajan.
"AKU SERASA TERBANG! AKU SERASA LAGI NGEPLY!" teriak Ghina dari luar. Akhwat 6C yang lain hanya bisa saling berpandangan heran.

Istirahat selesai, tapi Ghina masih saja berperilaku seperti orang yang tergila-gila. Seakan Jason William, atau siapa pun itu namanya, dapat menghipnotisnya.

IPS. Bu Anis memberikan 2 materi. Yaitu tentang Perusahaan Asing dan Kerjasama Internasional. Setelah IPS, istirahat lagi. Usai sholat Dzuhur dan makan siang, akhwat bermain lagi, sementara akhwat bermain, ikhwan juga bermain. Bermain bola. Tapi menggunakan kertas. Semua sibuk.
"Blokir jalannya!" teriak Tatid.
"Aaa," akhwat tak bisa berlari.
GUBRAK! Rahma terdorong seseorang. Dia pun terjatuh. Tak sengaja, Husna tersandung kaki Rahma, sehingga ikut terjatuh. Tak sengaja pula, Dinda tersandung kaki Husna. Dan terjadilah jatuh-jatuhan beruntun.
"Hahaha," mereka tertawa sambil meringis menahan sakit.

Pelajaran terakhir adalah Bahasa Sunda. Pak Yuhdi bercerita tentang Manuk Beo atau Burung Beo.
"Pak, kok...," Salsa belum sempat menyempurnakan kalimatnya.
"Yahh, kalau ada yang protes, Pak Yuhdi langsung saja deh, ke materi!" cetus Pak Yuhdi.
"Ahh, Bapak maaah!" 6C memelas.
Pak Yuhdi iba. Dan melanjutkan ceritanya.
"Pak!" Afi akan berkata sesuatu.
"Tuh, kan. Sudah deh, ke materi saja!" Pak Yuhdi menulis sesuatu di papan tulis.
"Ish! Lanjutin, Pak!" 6C protes.
Mungkin Pak Yuhdi iba lagi. Jadilah, Pak Yuhdi melanjutkan ceritanya.
"Pak, kok ceritanya jadi pakai...," Husna hendak memprotes sesuatu.
"Jiahh, kalau begitu, LANGSUNG KE MATERI!" teriak Pak Yuhdi. Terkesan tegas memang, tapi raut wajahnya pasti akan membuatmu tertawa.
"Hahaha."

Tapi Pak Yuhdi tidak main-main dengan ancamannya itu. Karena Pak Yuhdi benar-benar melanjutkan materi yang akan beliau sampaikan. 6C pun mendesah kecewa.

Sebelum pulang.
"Pak, ceritanya lanjutin, dong," pinta Dinda.
"Pekan depan, ya?" tawar Pak Yuhdi.
"Kenapa?" protes Salsa.
"Kan waktunya sudah habis. Mau pulang atau mau cerita?" Pak Yuhdi memberi pilihan.
"PULANG!"

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.