Senin, 31 Januari 2011

Senyum 6C

Seluruh murid level 6 SDIT Ummul Quro Bogor sudah belajar tadi malam. Dan sekarang, mereka datang ke sekolah dengan tampang siap. Mereka siap untuk mengerjakan soal Try Out yang disajikan oleh Jaringan Sekolah Islam Terpadu.

Ketika mereka sampai di sekolah, dengan pasti, mereka menapaki satu persatu anak tangga yang berada di situ, naik ke lantai 3. Setelah sudah berada di lantai 3, mereka mencari nama mereka dalam daftar yang tertempel di depan kelas 6A, 6B, 6C, dan 6D. Bahkan, karena ruangan yang tidak mencukupi, kelas 5D pun menjadi korbannya. Selama level 6 mempergunakan ruangan kelas 5D itu, 5D sendiri belajar di lab. IPA.

Setelah pengawas memberi tahu tata tertib dan intruksi pengerjaan Try Out, kini saatnya untuk level 6 mengerjakan soal. Mereka berusaha mengerjakan soal tersebut dengan seserius mungkin. Karena keseriusan mereka bisa saja dengan mudah pecah. Karena, di lapangan, sedang berlangsung upacara, yang diikuti oleh level 1 sampai dengan level 5.

Kini, jarum jam pendek tengah menunjuk ke angka 9, sementara jarum jam panjang tengah menunjuk ke angka 12. Artinya, sekarang adalah saatnya untuk 6C berolah raga. 6C sudah siap dengan kostum mereka, yaitu baju PJK.

Di lapangan, Pak Yuhdi menyuruh 6C untuk membuat barisan. Setelah barisan itu terbentuk, Zulkifli diberi amanah dari Pak Yuhdi untuk memimpin teman-temannya melakukan pemanasan dan peregangan.
"1... 2... 3... 4... 5... 6... 7... 8..., ganti," hitung Zulkifli dan teman-temannya dengan penuh semangat.

Usai pemanasan dan peregangan, Pak Yuhdi menyuruh 6C membuat 4 kelompok sesuai dengan kelompok Mentoring. Ikhwan 2 kelompok, dan akhwat 2 kelompok.
"Hari ini, kita akan bermain kasti," kata Pak Yuhdi.
"Horee," beberapa anak yang menyukai kasti bersorak.
"Tim kalian akan seperti ini, menurut kelompok mentoring. Setuju?" tanya Pak Yuhdi.
"Setuju!" sahut 6C kompak.

Permainan pun dimulai. Pertama, tim ikhwan yang bermain. Sementara ikhwan sedang bermain, akhwat ribut menyemangati mereka.
"Lempar! Pukul! Lari! Tangkap! Oper! Kejar! Kena!" rusuh.

Kini giliran tim akhwat yang bermain. Pertama, Amel melempar bola, nggak kena. Lagi. Nggak kena. Lagi. Nggak kena.
"Hahaha," tawa ikhwan.
"Kenapa pada ketawa, sih?" bisik Nia.
"Karena permainan kita kacau, kali," tebak Halimah.
"Oi, ikhwan jangan ketawa, dong!" bentak Ghina.
"Hahaha," tawa ikhwan malah semakin kencang. Pak Yuhdi juga ikut-ikutan tertawa.
"Pak Yuhdi, jangan ketawa!" bentak Ghina sekali lagi.
"Sudah, biarin saja," Dinda menenangkan.
Permainan pun terus berlanjut dengan kacau, namun seru.

Sekarang, permainan kasti tersebut selesai.
"Gimana, jadi nggak, kita main bola?" tanya Husna (baca: Haidar Ferdian Ilyasa).
"Jadi, ayo. Aku jadi striker ya, seperti Irfan Bachdim," kata Salsa.
"Aku juga, mau jadi striker," kata Sasa. Kemudian Salsa dan Sasa bertos ria.
"Siapa lagi yang mau main?" tanya Husna.
Beberapa orang menawarkan dirinya.

"Ayo, kita ajak mereka," kata Salsa. Kemudian dia menghampiri Fildzah.
"Fildzah, main bola, yuk? Tapi futsal saja, 6-6," kata Salsa.
"Ayo," Fildzah setuju. Kemudian dia menuju ke arah teman-temannya. Mungkin memberitahukan hal itu.
"5-5, deh," tawar Fildzah sekembalinya dari teman-temannya.
"Kenapa?" tanya Nindi.
"5C hanya punya 5 pemain," kata Fildzah. Tangannya menunjukkan angka 5.
"Tapi 6C punya 6 pemain," kata Sasa.
"Gimana, dong?" Fildzah bingung.
"Hem? Gimana, ya?" Dinda ikut bingung.

Terlambat. Bel istirahat sudah berbunyi.
"Yah, sudah bel," gumam Fildzah.
"Ya sudah, main bolanya pekan depan saja, ya?" tanya Husna.
"Iya," jawab Fildzah.
"Jangan lupa, siapin 6 pemain!" teriak Salsa. Kemudian dia pergi menuju kantin.

"Ihh, ini kan foto kita waktu PLK," kata Safira sambil menunjuk dinding. Disana, tertempel sebuah foto 6C lengkap dengan Bu Anis dan Pak Yuhdinya.
"Iya. Idih, muka Aris kok mirip Kipli?" tanya Hanifah sambil memperhatikan wajah Aris.
"Muka Kipli hancur, kocak," komentar Kalista.
"Hahaha."

Usai istirahat, IPS. Keadaan kelas kacau dan rusuh.
"Bu, tempat duduknya dikuasai sama akhwat. Ikhwan jadi nggak punya tempat duduk," gerutu Kiki.
"Tuh, di sela-sela akhwat masih ada tempat duduk kosong," tunjuk Bu Anis.
"Ihh, masa duduk di dekat akhwat, Bu?" tanya Kiki. Mukanya memasang tampang jijik.
"Nggak apa, sementara. Dari pada ikhwan semuanya duduk dibawah," kata Bu Anis.
Akhirnya, ikhwan mau juga menempati tempat duduk yang kosong itu.

"Anak-anak, Nevan masih sakit," kabar Bu Anis.
"Kita berdoa saja, Bu."
"Baik. Al-Fatihah," seru Bu Anis.
"Bismillahirrahmanirrahim... Alhamdulillahirabbilalamin...."

Usai berdoa untuk Nevan.
"Bu, kok 6A nonton, kita nggak?" tanya Ghina memelas.
"Itu CDnya Nadira yang bawa. Sekarang Nadira nggak bawa, jadi kita latihan ulangan saja, ya," kata Bu Anis.
"Yahh," 6C yang malang itu hanya bisa pasrah.

Setelah IPS, makan, sholat Dzuhur. Pulangnya, akhwat 6C rusuh.
"Hei, pendaftaran buat ke SMPIT Ummul Quro Bogor sudah tinggal sedikit lagi. Kira-kira tinggal 50 orang lagi. Cepat beli formulirnya. Harganya 250 ribu rupiah. Kalau nggak salah," kata Husna dan Rahma yang sudah membeli formulir.

Ya, sekedar informasi, bagi kamu yang ingin melanjutkan jenjang pendidikan ke SMPT Ummul Quro Bogor, silakan daftar sekarang, atau tidak sama sekali. Karena peminatnya banyak sekali, loh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.