Senin, 14 Maret 2011

Terkuaknya Sebuah Misteri Cinta

Masih ingat tentang surat cinta Hanifah? Kalau belum, berarti kamu belum baca Diary 6C yang judulnya Surat Cinta. Kalau begitu, kamu baca dulu, deh, Diary 6C yang itu, kemudian baru lanjut baca Diary 6C yang ini. OK?

Upacara bukan sesuatu yang baru lagi bagi 6C. Sejak kelas 1 SD, mereka sudah memiliki kewajiban untuk melaksanakan upacara setiap Senin pagi. Namun, 6C sendiri memiliki anggapan yang berbeda-beda tentang upacara. Misalnya Hanifah, dia menyukai upacara karena bisa meminjamkan gunting kuku ke orang lain.

Ya, hari Senin yang cerah itu diawali dengan upacara. Dengan malas, 6C berdiri di tengah-tengah lapangan. Mereka mengikuti upacara dengan setengah hati. Kenapa? Karena mereka belum tahu, apa manfaat dari upacara.

Menurut salah satu situs di internet, upacara banyak sekali manfaatnya. Salah satunya adalah meningkatkan potensi kepemimpinan, melatih ketertiban dalam hal sosial normatif imperatif, meningkatkan rasa percaya diri, mengasah jiwa korsa, melatih tanggung jawab, melatih tenggang rasa, dan melahirkan pribadi yang loyalitas kritis berjiwa merdeka.

Usai upacara, Bimbel IPA (reguler) dimulai. Di depan kelas, tampak Pak Muslim sedang menjelaskan sesuatu. Tapi 6C cuek, mereka lebih memilih untuk mengobrol.
"Ghina, kamu lebih cantik kalau pakai kacamata, loh!" kata Sasa ketika melihat Ghina melepas kacamatanya.
"Hehehe. Jangan begitu, aku jadi GR," jawab Ghina.
"Tapi memang iya, kok, Ghin," tambah Husna.
"Aku kan kalau pakai kacamata setiap hari Senin doang," cerita Ghina.
"Yee, pakai kacamata, kok, dijadwalin?" komentar Sasa.
"Hahaha."
"6C! Perhatikan!" tegas Pak Muslim ketika sadar bahwa tak ada seorang pun yang memperhatikan dirinya.
"Iya, Pak," jawab 6C sembari berusaha untuk memfokuskan diri kepada Pak Muslim.

Namun, beberapa menit kemudian, mereka mengobrol lagi.
"Eh, liat, tuh. Ian pakai rambut baru," tunjuk Ghina.
"Hahaha."
"6C! Fokus, dong!" tegas Pak Muslim sekali lagi.
"Iya, Pak," jawab 6C lagi. Tapi kali ini, mereka tidak berniat untuk memfokuskan diri kepada Pak Muslim lagi.

Bimbel IPA (reguler) yang membosankan bagi 6C itu berakhir sudah. Kini waktunya untuk 6C mengolah raga mereka. Ya, olahraga!
"Buruan dong, Pak! Kapan olahraganya?" gerutu Husna.
"Itu, sudah dimulai," Pak Yuhdi menunjuk Ian.
"Hah?" Husna hanya melongo tak mengerti.
"Gurunya Ian. Ayo, Ian, mulai!" komando Pak Yuhdi.
Husna pun mengangguk mengerti, kemudian pemanasan dan peregangan dengan Ian pun dimulai.

"Pak, hari ini PJKnya ngapain?" tanya Safira sambil memainkan basket.
"Tes roda, rol depan, dan belakang," jawab Pak Yuhdi.
"Ohh," gumam Safira, kemudian dia pergi.

Sekarang, adalah saatnya untuk tes tersebut.
"Ikhwan duluan, ya! Ayo, ikhwan buat satu baris," perintah Pak Yuhdi.
Ikhwan bandel. Mereka bukannya membuat barisan, malah saling dorong-mendorong.
"Ayo! Susah banget, sih," sentak Pak Yuhdi.
Akhirnya, satu persatu ikhwan pun mulai memberanikan dirinya. Nio, dengan gagah, dia melakukan tes tersebut, baginya, yang penting adalah keberanian, soal nilainya bagus atau tidak, itu belakangan.
"Sudah semuanya, kan? Kalau begitu, sekarang giliran akhwat," kata Pak Yuhdi.
"Pak, Kipli belum!" teriak Faishal.
"Ayo, Kip!" suruh Pak Yuhdi.
Zulkfili maju dengan perlahan-lahan.
"Buruan!" Pak Yuhdi tampak tidak sabar.
Zulkifli pun mempercepat langkahnya.
"Ayo!" Pak Yuhdi tampak gemas sekali.
"Bapak, aku nggak mau," kata Zulkifli.
"Kenapa?" tanya Pak Yuhdi.
"Aku nggak mau kalau diliatin akhwat," tambah Zulkifli.
"Akhwat! Balik kanaaan, gerak!" Pak Yuhdi membuat akhwat membelakangi Zulkifli.
Dan setelah tak ada akhwat yang melihat, rasa percaya diri Zulkifli mulai timbul. Dia pun melaksanakan tes dengan baik.

Tes untuk ikhwan selesai sudah, kini saatnya untuk tes bagi akhwat. Sementara akhwat sedang tes, ikhwan sibuk bermain bola. Biasa, menantang adik kelas, kelas 5C. Tapi, mungkin hari ini adalah hari keberuntungan bagi 6C. Karena 6C menang lagi! Menang dengan skor 3-0. Hebat, ya? Semoga tim futsal 6Ceria bisa semakin jago lagi! Amin.

Istirahat, kemudian IPA. Lagi-lagi dengan Pak Muslim. Dan lagi-lagi 6C lebih memilih untuk mengobrol.
"Una, pinjam penggaris, dunk!" teriak Halimah.
"Ihh, alay," komentar Ghina.
"Hahaha."

Bahkan, sampai-sampai ada pertanyaan aneh yang tidak masuk akal.
"Pak, sekarang tahun berapa?" tanya Halimah.
"Hahaha."
"IH, JANGAN KETAWA, MAKSUD AKU TAHUN HIJRIAH!" Halimah mulai naik tikam.
"Heh, jangan teriak-teriak begitu!" Pak Muslim tak kalah galak.
"Hem?" Halimah hanya terdiam.
"Tahun 1433," jawab Pak Muslim.

Usai IPA, istirahat, T2Q, Bahasa Indonesia, dan pulang.
"Nipah, kamu masih surat-suratan sama orang nggak jelas itu?" tanya Husna ketika usai sholat Ashar (baca: Surat Cinta).
"Masih," jawab Hanifah singkat.
"Kamu tahu, dia siapa?" tanya Husna lagi.
"Nggak, dia nggak mau kasih tau dia siapa," jawab Hanifah.
"Mau tahu, dia siapa?" tawar Husna.
"Mau, siapa?" tanya Hanifah mulai bersemangat.
"Dia itu aku," jawab Husna.
"Ya Allah, Una bandel banget, sih. Kepikiran melulu, tau!" gerutu Hanifah gusar.
"Hahaha, maaf, deh. Habisnya sudah lama nggak ngerjain orang," bela Husna.

Berakhirlah hari Senin yang indah itu tanpa Salsa dan Kiki (absen).

5 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.