Senin, 07 Maret 2011

Mempercepat Waktu

Waktu itu terlalu lambat bagi mereka yang menunggu. Waktu itu terlalu cepat bagi mereka yang takut. Waktu itu terlalu lama bagi mereka yang berduka. Waktu itu terlalu pendek bagi mereka yang bergembira.

Nah, pada hari Senin yang cerah ini, 6C rupanya sedang berani bermain-main dengan waktu. Bagaimanakah kisah mereka dalam memainkan waktu? Akankah mereka akan mendapatkan balasannya? Baca terus sampai akhir, ya!

6C datang ke sekolah. Kemudian mereka mendapati formasi tempat duduk mereka berbeda dari sebelumnya.
"Kenapa, nih?" tanya Sasa.
"Mungkin bekas TO kemarin," tebak Kalista.
"Kalau begitu, lesehan saja, yuk?" ajak Dinda.
"Ayo," jawab yang lain.

Sambil menunggu bel upacara, 6C asyik ngobrol bersama sambil lesehan.
"Anak-anak level 5 salah kostum, ya?" tanya Husna. Pandangannya menatap anak-anak level 5 yang sedang berlalu lalang menggunakan seragam kebanggaan Ummul Quro. Bukan seragam kebanggaan Indonesia.
"Iya," jawab Ghina, "kali," tambahnya.
"Jiahh," ucap Husna kecewa, karena tidak mendapatkan jawaban yang membuatnya puas.

"KECOA!" tiba-tiba Sasa berteriak.
"Hahaha," ikhwan tertawa melihat tampang ketakutan Sasa.
Akhwat pun langsung menyingkir.
"Nggak mau lesehan, ah! Ada kecoa!" sahut akhwat.
"Hahaha," ikhwan masih sibuk tertawa.
Kecoa itu berlari cepat sekali. Tapi kemudian, bel berbunyi. Disusul dengan sebuah pengumuman.
"Pengumuman, pengumuman... Untuk anak-anakku yang tercinta, upacara untuk hari ini dilaksanakan di lapangan basket. Terima kasih."
"Hah? Sejak kapan sekolah kita punya lapangan basket?" tanya Husna heran.
"Punyalah, itu," tunjuk Nia ke arah lapangan SMP.
"Ohh, ternyata lapangan basket itu lapangan SMP," gumam Husna mengerti.
"Hahaha."
6C pun segera melaksanakan upacara di lapangan basket. Mereka meninggalkan kecoa itu sendirian di dalam kelas.

Upacara yang berbeda itu berlangsung. Kenapa berbeda? Karena upacara ini adalah gladiresik untuk anak-anak level 5 yang akan mengikuti lomba upacara tingkat kecamatan. Pantas saja mereka salah kostum, hehehe.
"Widihh, keren banget," puji Hanifah melihat tangkasnya adik kelas dalam memimpin upacara.
"Hebat, ihh," tambah Sasa kagum.
"Saluut. Coba kalau level 6 yang ikutan lomba begituan. Pasti kalah. Yang ada, Ummul Quro dimalu-maluin sama kita sendiri," kata Salsa mengkhayal.
"Hahaha, iya benar," dukung Zira.
"Sst! Berisik!" tiba-tiba Bu Anis menyela.
"Maaf, Bu."

"Hormaaaaaaat, gerak!" pimpin seorang adik kelas.
"Ihh? Hormatnya panjang banget. Berapa harakat, sih?" tanya Husna heran.
"Hahaha."

Akhirnya, upacara yang hebat itu usai. Kini saatnya untuk pengumuman K3 Award.
"Juara level 6 adalah...," kata Pak Abdurrahman saat tiba giliran level 6.
Wajah 6C tampak menyimpan penuh harapan. Tapi di antara harapan itu ada sedikit ketidak yakinan. Pastilah, 6Ckan terkenal kelas paling kotor. Sedikit kemungkinan mereka untuk menang.
"6B," lanjut Pak Abdurrahman.
6C kecewa. Tapi mereka langsung memberikan tepuk tangan kepada 6B. 6B hanya bengong.
"Kenapa pada tepuk tangan?" tanya Mutia lugu.
"Kalian menang," jawab 6C.
"Menang? Menang apa?" tanya Dhia.
"K3 AWARD!" teriak 6C mulai kesal.
"Hah?" sejenak, 6B heran.
"Kalau kalian nggak ngerti juga, kita saja deh, yang menang!" sahut 6C.
"Horee," tapi kemudian, menyadari mereka menang, 6B langsung bersorak senang.
"Telaaat!" sorak 6C rusuh.
"Hahaha."

Usai upacara, 6C bosan sekali. Seharusnya sekarang Bimbel IPA (reguler). Tapi Pak Muslim kala itu belum juga kunjung datang. Tiba-tiba, muncul ide iseng 6C.
"Eh, cepatin jamnya!" usul Safira.
Sasa langsung naik ke atas meja dengan sigap, kemudian mengambil jam yang tergantung di tembok, lalu memutar roda di belakang jam. Dipercepat 15 menit.
"Hahaha."

Pak Muslim masuk ke dalam kelas 6C. Tiba-tiba, 6C melihat sesuatu yang berbeda dari Pak Muslim. Berbeda sekali. Bukan penampilannya yang berbeda, tapi raut wajahnya. Beliau tampak menampakkan kesan guru yang... Ahh, pokoknya 6C langsung merasa iba kepada Pak Muslim.
"Kasihan, aku nggak tega ngerjain Pak Muslim," seloroh Ghina.
"Sama," dukung yang lain.

Sama dengan sigapnya Sasa tadi, Halimah meloncat ke atas meja, kemudian mengambil jam, dan mengembalikan jarum jam pada tempatnya.
"Kenapa?" tanya Pak Muslim bingung.
"Enggak," jawab 6C kompak.
Pak Muslim tidak meributkan soal itu lagi. Beliau langsung memulai pelajaran seperti biasa.

Setelah mengerjakan beberapa soal yang disajikan oleh Detik-Detik UASBN, Pak Muslim memperbolehkan  6C untuk PJK.
"Horee, PJK," sorak 6C girang.
"Hari ini kombinasi. Kalian harus melakukan roda 10 kali, lalu rol depan 10 kali, dan rol belakang 5 kali," sahut Pak Yuhdi.
"Akhir-akhir ini kok PJKnya sadis, ya?" tanya Kiki.
"Hahaha."

6C pun bergiliran melakukan gerakan roda. Hingga tiba saatnya Ghina.
"Hahaha," Pak Yuhdi tertawa tiba-tiba ketika melihat ketegangan Ghina.
"Ihh, Bapak mah kayak ikhwan, suka ngeledek," sungut Ghina.
"Yee, Bapak memang ikhwan," jawab Pak Yuhdi.
"Tapi suka ngeledek!" Ghina tetap tak mau kalah.
"Hahaha."

Setelah latihan, ikhwan bermain bola. Biasa, menantang 5C. Tapi hari ini, kemenangan memang sudah saatnya milik 6C.
"Wahh, nggak ada NSPG, semuanya beres, ya?" tanya Husna.
"Parah," sahut yang lain.
"Tapi memang benar. Buktinya 6C menang 5-4, tuh," tegas Husna.
"Iya juga, sih."

Istirahat. Jam milik 6C mati. Entah karena apa. Pokoknya, setelah 6C iseng tadi, jam itu tak lagi mau bergerak.
"Kualaaat ngerjain Pak Muslim!" sesal Nia.
"Hahaha, iya benar. Yang ada, jam kita malah mati," tambah Salsa.

IPA. Dalam pelajaran IPA ini, 6C bosan lagi. Tapi mereka tak berani ngerjain Pak Muslim, karena mereka tahu, nanti juga, mereka akan kena batunya sendiri. Akhirnya mereka lebih memilih untuk sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Ada yang baca komik, surat-suratan, mengobrol, juga ada yang tidur!
"Jam berapa sekarang?"
"Jam berapa sekarang?"
"Jam berapa sekarang?"
6C bingung bukan main tanpa kehadiran sang jam. Ahh, andai mereka tidak iseng tadi.
Tiba-tiba... BRUUK!
Sebuah jam terjatuh. Tak bukan dan tak lain adalah jam 6C.
"Huuft."

Hari Senin yang penuh kemenangan. Hari Senin tanpa Nevan (NSPG) dan Amel (mereka absen). Dan hari Senin tanpa jam itu pun berlalu setelah istirahat, T2Q, dan Bahasa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.