Selasa, 08 Maret 2011

Selasa Penuh Tawa

"Tertawa adalah obat penenang tanpa efek samping," kata Arnold Glasow.
"Tertawa adalah senyum yang meledak," kata Mary H. Waldrip.
"Tertawa adalah liburan instan," kata Milton Berle.
"Tujuh hari tanpa tawa membuat orang lemah," kata Mort Walker.
"Seseorang tidak miskin jika dia masih bisa tertawa," kata Raymond Hitchcock.
"Itu bukan tertawa, tapi hanya tersenyum keras," jawab yang lain.
Menurutmu sendiri, apa itu tertawa?

Bel telah berbunyi sejak 5 menit yang lalu. Dengan malas, 6C segera beranjak ke luar kelas dan berbaris. Belum apa-apa, 6C sudah masuk lagi ke dalam kelas.
"Ihh, kok belum baca apa-apa sudah boleh masuk ke kelas, sih?" protes Sasa.
"Tahu, nih. Ya sudah, kita masuk saja, yuk?" ajak Ghina.
"Ayo, hahaha," dukung Husna.
"Wah... 6C nggak benar, nih," tiba-tiba Pak Gungun lewat.
"Hahaha," mereka hanya tertawa, kemudian berlari masuk ke dalam kelas.

Di dalam kelas, 6C sibuk mengobrol. Namanya juga tidak ada guru. Tapi tiba-tiba, Pak Yuhdi masuk ke dalam kelas dengan senyumnya yang khas.
"Ceria amat, Pak?" tanya Sasa heran.
"Namanya juga pendampingnya kelas yang ceria," jawab Pak Yuhdi.
"Hahaha."

"Oh, iya, jamnya 6C mana, nih?" tanya Pak Yuhdi. Matanya berputar-putar mencari jam tersebut.
"Rusak, Pak. Gara-gara kemarin ngerjain Pak Muslim," jawab Husna tanpa rasa bersalah.
"UNA!" akhwat yang lain berteriak memperingati. Mata mereka melotot tajam.
"Alamak, keceplosan," kata Husna. Dia langsung mengatupkan mulutnya.
"Kenapa, Na?" tanya Pak Yuhdi.
"Nggak, Pak. Jamnya jatuh, kemarin, jadi rusak," jawab Husna. Jujur (baca: Mempercepat Waktu).
"Iya, Pak," dukung yang lain.
"Ohh," Pak Yuhdi pun percaya saja. Melihat tampang Pak Yuhdi yang yakin, 6C pun lega dibuatnya.

Setelah berdoa, Pak Yuhdi mengadakan training motivasi kecil-kecilan. Tapi hasilnya lumayan. Kemudian, beliau menugaskan kepada seluruh anak-anak yang ceria itu untuk melanjutkan tilawahnya masing-masing.

Jarum jam telah menunjuk ke angka 8. Artinya, Morning Meeting selesai.
"Cukup sekian pertemuan kita hari ini. Silakan T2Q. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," Pak Yuhdi mengucap salam sebelum akhirnya beliau melangkah keluar kelas meninggalkan 6C.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab 6C kompak. Tapi rupanya, Pak Yuhdi sudah tak mendengar balasan salam itu lagi. Karena beliau sudah melangkah jauh menuju kantor guru.

Usai T2Q, Bimbel Bahasa Indonesia dengan Bu Anis dimulai.
"Ini, Bu Anis sedang memegang hasil TO kalian yang kemarin," kata Bu Anis sambil mengacungkan berlembar-lembar kertas yang sepertinya kertas TO.
Keadaan di kelas itu langsung hening. Mereka sudah siap untuk menerima hasil TO mereka.
"Tapi pengumumannya hari Sabtu saja, ya," kata Bu Anis lagi.
"Yahh," 6C mengeluh kecewa.
"Sekarang kita bahas saja TO yang kemarin. Nomor 1, ada yang tahu?" tanya Bu Anis.

Usai membahas TO, Ghina mengacungkan tangannya.
"Bu, US itu yang diteskan pelajaran apa saja?"
"PAI, PKn, IPS, Bahasa Inggris, dan Bahasa Sunda. Oh, iya, ada juga Matematika, IPA, dan Bahasa Indonesia," jawab Bu Anis.
"Yahh, Ibu. Kenapa Matematika, IPA, sama Bahasa Indonesianya juga? Nyempil-nyempil saja, sih?" tanya Ghina lagi.
"Nggak tahu," jawab Bu Anis cuek.
"Hahaha."

Setelah Bahasa Indonesia, Matematika.
"Ini, TO kalian yang kemarin," kata Bu Nia.
Lagi-lagi 6C dibuat deg-degan. Tapi semoga, kali ini mereka bisa tahu berapa hasil TO mereka.
"Yang Bu Nia panggil, silakan maju ke depan dan lihat hasilnya," kata Bu Nia.
6C pun mengangguk paham.

Setelah Afi sampai Zavien maju, wajah 6C tampak puas.
"TO yang bagus," kata Sasa puas.
"TOnya yang bagus atau nilainya yang bagus?" tanya Husna.
"Hahaha."

Matematika berakhir, dilanjutkan dengan Mentoring dan PAI.
"Nomor 9 apaaa?" tanya Ghina. Wajahnya menampakkan wajah kebingungan.
Ya, untuk PAI hari ini, 6C ulangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.