Senin, 08 November 2010

Hari Tanpa Bu Anis

Petugas upacara pekan ini adalah 6D. Mereka menjalankan tugasnya dengan baik sekali. Terlebih lagi, sinar matahari pada pagi itu tidak bersinar terlalu terik, sehingga siswa-siswi tidak banyak mengeluh.

Setelah upacara, Pak Muslim memasuki kelas. Seperti biasa, beliau memakai kemeja, celana, serta kacamatanya. Di tangannya, terdapat map yang berisi daftar nilai. Pelajaran pun segera dimulai. Mulanya, Pak Muslim membagikan ulangan yang kemarin.
"Ada yang melihat ulangan milik teman kalian?" tanya Pak Muslim.
"Punya siapa, Pak?" tanya Kiki.
"Nindi dan Safira," jawab Pak Muslim.
Semua menggeleng tidak tahu. Dan Pak Muslim hanya bisa menggaruk kepalanya heran.

"Aduh, kipasnya nggak kerasa sama sekali, kipasnya cuman pajangan doang," keluh Ghina di tengah pelajaran.
"Hahaha."

"Sekarang, buka halaman 100, kemarin kan kita sudah mengerjakannya. Sekarang, ayo kita koreksi bersama," kata Pak Muslim.
"Belum selesai, Pak," koor beberapa murid.
"Ya sudah, Bapak beri waktu beberapa menit untuk mengerjakannya," kata Pak Muslim berbaik hati.

Saat tengah mengerjakan soal, berbagai keluhan terdengar.
"Buku paketnya kurang lengkap, nih," keluh Husna.
"Apalagi gurunya, nggak benar," bisik Rahma.
"Hahaha."

"Ayo, kita koreksi," kata Pak Muslim.
"Belum selesai, Pak," kata Rahma.
"Nomor 1...," Pak Muslim menulis jawabannya di papan tulis.
"Ihh," komentar Sasa sebal.

Akhirnya, bel berbunyi. Tandanya, 6C bebas. Pak Muslim pun keluar kelas. Setelah itu, kelas tanpa guru. Seharusnya, pelajaran Bahasa Indonesia, tetapi, Bu Anis tidak masuk.

"Jangan berisik, nanti ada guru yang datang ke sini!" kata Hanifah.
Tapi ikhwan tak mau menurut. Mereka membanting-banting penggaris di atas meja mereka. Mereka melakukannya beberapa kali. Keadaan kelas pada saat itu tak bisa dikontrol, padahal, akhwat sudah menyuruh mereka untuk tenang. 20 menit kemudian, Bu Ika datang.
"Aduh, berisik sekali, sih. Lagi pelajaran apa?" tanya Bu Ika.
"Bahasa Indonesia, Bu," jawab Safira.
"Bu Anis nggak masuk, ya? Bu Ika panggilkan Bu Sari saja, ya," kata Bu Ika.

Bu Ika pun pergi, memanggil Bu Sari.
"Sudah dibilang jangan berisik," gerutu Ghina.
Ikhwan hanya bisa terdiam.

Bu Sari pun mengajar Bahasa Indonesia. Akhwat hanya bisa cemberut.

Bel berbunyi kembali, saatnya untuk istirahat. 6C, baik ikhwan mau pun akhwat berkumpul kembali di saung (seperti pekan kemarin, kalau mau baca, klik disini). Mereka sedang menyusun taktik perang. Hahaha. Bukan taktik perang, sih. Tapi, ini rahasia 6C. Kalau mau tahu, tunggu beberapa hari lagi, ya. Pasti dikasih tahu, kok.

Beruntungnya, 6C tidak telat masuk kelas lagi seperti pekan sebelumnya. Untuk hari ini, 6C belajar tentang tabel frekuensi dan diagram batang.

Setelah Matematika, istirahat, kemudian T2Q. Untuk hari ini, seluruh kelas 6 T2Q di masjid untuk latihan khataman. Mereka membaca Ad-Duha sampai An-Naas dibawah bimbingan Bu Eti, Pak Asep, Pak Ghoni, Pak Hasan, dan beberapa guru T2Q lainnya. Semoga semua murid angkatan 13 dapat ikut khataman, amin.

"Sst, jangan berisik lagi, ya," kata Ghina memperingati ikhwan. Soalnya, sekarang pelajaran IPS. Dan pelajaran IPS dengan Bu Anis. Sementara Bu Anis tidak masuk. Kalau ikhwan masih berisik juga, bisa jadi kejadian seperti tadi dapat terulang.
"Akhwatnya juga," kata Kiki.

Tapi, rencana tersebut gagal. Karena Pak Yuhdi masuk kelas.
"Yaaah," koor 6C saat Pak Yuhdi masuk.
"Ada apa?" tanya Pak Yuhdi bingung.
"Nggak."

Setelah IPS, sholat. Untuk sholat Ashar hari ini, 6A yang menjadi petugasnya.

Berakhirlah hari tanpa Bu Anis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.