Rabu, 10 November 2010

Pahlawan Itu, Mereka Yang Gigih dan Rela Berkorban

MM dengan Bu Anis kali ini membahas tentang sholat Gaib. Karena rencananya, untuk memperingati hari pahlawan, SDIT Ummul Quro berencana untuk mendirikan sholat Gaib berjamaah di lapangan untuk para pahlawan yang gugur.

Bu Anis menulis bacaan sholat Gaib di papan tulis.
"Kok sholad, Bu? Bukannya sholat?" tanya Ghina dan Hanifah.
"Oh, iya, salah," Bu Anis pun segera meralatnya.

Setelah itu, 6C menghafal bacaan tersebut selama beberapa menit. Kemudian, 6C praktek sholat Gaib di dalam kelas.

Setelah MM, T2Q, kemudian sholat Gaib. Mulanya, Pak Yuhdi yang membuka peringatan Hari Pahlawan. Kemudian dilanjutkan dengan pembukaan tilawah Al-Quran, yang membaca Al-Qurannya adalah Adil, yang menerjemahkannya adalah adik kelas. Kemudian ada adik kelas dari kelas dua yang membacakan puisi. Setelah itu baru sambutan dari kepala sekolah SDIT Ummul Quro Bogor yang terhormat, Bu Entin.

Sholat Gaib dilaksanakan di lapangan dengan imamnya Pak Ghoni dan pemimpin doanya Pak Musyafa.

Usai sholat, sebuah percakapan terjadi.
"Ibu, tadi aku sedikit lupa-lupa bacaan sholat Gaibnya," kata Nindi.
"Nggak apa," kata Bu Anis.
"Kalau aku nggak lupa, soalnya aku bawa kertas ini, aku taruh di tangan kanan, jadi bisa sambil baca," tutur Salsa.
"Curang."

Setelah berdoa, semua anak berlari. Hanya satu sasaran mereka saat itu. Yaitu, kantin.

Setelah itu, 6C berkumpul di dalam kelas. Mereka berdiskusi tentang rencana mereka. Masih ingat rahasia 6C yang kemarin-kemarin? Hahaha. Sabar, ya, sebentar lagi di kasih tahu, kok.

Setelah istirahat, Matematika. Matematikanya mengerjakan sebuah LKS.

Istirahat, kamudian PKn. Tapi, bukannya Pak Fauzi yang masuk, tapi suaminya Bu Nia yang masuk.
"Pak Fauzi sedang berhalangan, jadi Bapak yang menggantikan," kata Pak Eman saat masuk ke kelas 6C.
"Kita tebak-tebakan, ya. Partai apa yang bendera partainya bergambar matahari berwarna putih?" tanya Pak Eman.
"PAN!" koor seluruh murid 6C tanpa terkecuali.
"Tat," tambah Nevan.
"Hahaha."
Pak Eman hanya tersenyum ke arah Nevan.

"Tapi jawaban kalian salah, loh. Bukan PAN, latarnya bukan biru, tapi merah," kata Pak Eman.
"?" 6C terdiam. Bingung.
"Huruf depannya P," Pak Eman memberi petunjuk.
"Jawabannya adalah PMB alias Partai Matahari Baru," kata Pak Eman lagi.
"Ohh," semua hanya mengangguk.
"Partai nggak terkenal," celetuk Zira.
"Hahaha."

"Partai nomor satu apa, ayo?" tanya Pak Eman.
"Hanura," Syamila menjawab dengan cepat.
"Kalau yang isinya orang Kristen semua?" tanya Pak Eman lagi.
"PDS," jawab zira.
"Iya, Zira mantan partai itu, ya?" canda Pak Eman.
Zira cemberut.

"Yang dasarnya kuning?" tanya Pak Eman.
"Golkar," jawab Zira.
"Yang ada gambar kakbahnya apa, ya?"
"PKS DAN PBB."

"Sekarang, kita akan belajar tentang pemilu. Pada pemilu, siapa yang dipilih?" tanya Pak Eman.
"Calon legislatif," jawab Nindi.
"Hebat, Nindi, kamu cerdas sekali. Nindi cerdas karena ada Pak Eman, sih," kata Pak Eman narsis.
"Huu."

"Siapa peserta pemilu?" tanya Pak Eman, mengetes kemampuan 6C.
"Manusia," jawab Tatid.
"Hahaha."

"Baik, ini tugas dari Pak Fauzi, silakan dibaca bab dua," kata Pak Eman menyampaikan pesan dari Pak Fauzi.
"Sudah pernah, Pak," jawab 6C.
"Kalau begitu, rangkum!" kata Pak Eman.
"Sudah pernah juga, Pak," jawab 6C.
"Kalau begitu...," Pak Eman belum selesai berbicara.
"Sudah pernah juga, Pak," jawab 6C.
"Yee, belum juga selesai ngomong," kata Pak Eman.
"Hahaha."

Setelah PKn dengan Pak Eman, Bahasa Inggris dengan Bu Sari. Kemudian pulang.

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.