Kamis, 11 November 2010

Rahasia 6C Terungkap

Setelah kurang lebih dua pekan 6C memendam rahasia, akhirnya, pada tanggal 11 November 2010 ini, rahasia mereka terungkap. Mau tahu bagaimana proses terungkapnya rahasia mereka? Mari kita intip Diary 6C yang berikut ini:

Pagi itu, Sasa datang ke sekolah dengan membawa bungkusan besar. Bungkusan apakah itu? Kita lihat saja nanti. Kemudian, Aris datang. Dia juga membawa bungkusan besar. Bungkusan apa itu? Seperti tadi, kita lihat saja nanti.

MM dimulai.
"Apa kabur, eh, apa kabar semuanya?" tanya Pak Yuhdi dengan senyumnya.
"Baik," jawab 6C.
"Kita tilawah, yuk," ajak Pak Yuhdi.
"Nggak, ah, kemarin sudah sama Bu Anis, Pak," jawab Salsa.
"Ya sudah, kalau begitu, kita murajaah surat Al-Buruj, yuk," ajak Pak Yuhdi lagi.
Semua pun menyambut ajakan Pak Yuhdi tersebut.

Setelah murajaah, Pak Yuhdi bercerita tentang sebuah berita yang sedang beredar di stupid box (televisi), yaitu tentang datangnya presiden AS.

"Menurut pendapatku, kedatangan Obama ke Indonesia mendatangkan sebuah masalah. Dengan datangnya Obama ke sini, berita tentang bencana alam jadi tersingkir," kata Rahma mengemukakan pendapatnya.
"Selain itu, kedatangan Obama juga terlalu diistimewakan," lanjut Afi.
"Tapi positifnya, Obama dapat menjadi contoh bagi SBY, karena kalau Obama pidato tidak menggunakan kertas. Sementara SBY menggunakan kertas," kata Salsa yang berpendapat lain.

Usai MM, T2Q, kemudian PJK. Untuk PJK kali ini, PJK dilakukan di dalam aula lantai dua. Memang ruangannya tak seluas aula lantai tiga atau aula SMP, tapi aula ini lumayan.

Materi PJK kali ini adalah pemanasan dan peregangan. Setelah di tes, ikhwan turun ke bawah bermain bola yang dibawa oleh Fikri. Sementara akhwat tari saman.

Setelah PJK, istirahat. Lalu PAI dengan Pak Musyafa (menurut jadwal edisi cuti Bu Eha).
"Nanti sore tarjamah sama Bapak lagi, dong?" kata Ghina.
"Iya," jawab Pak Musyafa.
"Yah, bosan," keluh Ghina.
"Teganya kamu," jawab Pak Musyafa.
"Kidding, Pak. Canda. Jangan masukin ke hati," seloroh Ghina.
"Kalau begitu Bapak masukin laci saja, deh," kata Pak Musyafa.
"Jiii."

"Ama, satu jam lagi, perang dimulai," bisik Husna kepada Rahma.
"Iya, aku jadi tegang, nih," jawab Rahma.

Istirahat, kemudian Bahasa Indonesia.
"Bu Anis sedang mengantar Haura pulang. Kita bebas," lapor Syamila.
"Peralatan juga sudah dibawa Sasa, ayo kita mulai," kata Hanifah.
DUAR! DUAR! Beberapa kali, balon pecah secara tidak sengaja. Dan suara balon pecah itu mengundang kelas lain untuk mengintip kelas 6C.
"Tolong pergi sebentar, ya. Ini rahasia," kata Nia seraya menutup pintu.

"Hoooiii, Bu Anis sudah datang!" teriak Aris dari depan pintu.
"POSISI," teriak Ghina lantang.

Bu Anis pun masuk ke dalam kelas.
"HAPPY BIRTHDAY, BU ANIS," ucap 6C.
Bu Anis terdiam.
DUAR! DUAR! DUAR! 25 buah balon dipecahkan oleh Safira. Dan Sasa, Hanifah, Zulkifli dan Nio membawa pita gulung. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan surat. Pada saat itu, Pak Yuhdi masuk. Bu Anis dan Pak Yuhdi pun membaca surat tersebut. Pada surat tersebut, dibubuhi tanda tangan 6C dibawahnya. Kini, surat tersebut dipajang di kelas 6C. Kalau mau melihat, silakan saja.

Saat itu, di papan tulis 6C tertulis tulisan: HAPPY BIRTHDAY BU ANIS DAN PAK YUHDI.

Mata Bu Anis saat itu berkaca-kaca. Sementara air muka Pak Yuhdi tidak seperti biasanya, beliau tampak terharu. Selama sejarah 6C, Pak Yuhdi tidak pernah menampakkan air muka yang seperti itu. Biasanya, beliau tampak selalu ceria. Tapi baru untuk kali ini, 6C melihat Pak Yuhdi seperti itu.

Fotografer 6C saat itu sedang asyik dengan kameranya. Mengabadikan momen-momen tersebut. Siapakah fotografer 6C tersebut? Untuk mengetahuinya, silakan klik disini.

Hadiah pun diberikan. Seperti yang sudah direncanakan, Nevan dan Syamila yang memberikan hadiah tersebut kepada Bu Anis dan Pak Yuhdi (Pak Yuhdi ulang tahunnya tanggal 6 November).

Dua buah kue juga dikeluarkan. Lalu dipotong oleh Bu Anis dan Pak Yuhdi.
"Ini kue dari siapa?" tanya Pak Yuhdi.
"Saya, Pak. Tapi dibayar sama teman-teman," jawab Aris.
Pak Yuhdi tersenyum bangga.

Suasana saat itu benar-benar mengharukan. Afi, Zira, Hanifah, Rahma dan Husna menangis. Tanpa diduga, Kiki juga menangis. Matanya basah, hidungnya merah. 6C pun saling berpelukan.

"Nia, jangan," kata Ghina.
"Zira!" teriak Husna.
"Hahaha, kena," celetuk Halimah.
"Anak-anak, jangan colek-colekan krim, nggak baik," kata Bu Anis yang hidungnya masih merah, bekas menangis, eh, bekas terharu.

"Bu Anis benar-benar bangga, ternyata kalian, baik ikhwan mau pun akhwat benar-benar kompak," kata Bu Anis.
"Yee," 6C bersorak riang.
"Ternyata selama ini, kalian rapat untuk ini? Bu Anis sempat curiga, jangan-jangan kalian melakukan yang tidak-tidak," kata Bu Anis lagi.
"Berapa dana yang kalian perlukan untuk membuat semua ini? Dan dari mana dana itu kalian dapat?" tanya Bu Anis.
"Setiap hari, kita nabung, Bu. Yang kita butuhkan dua ratus dua puluh lima ribu rupiah," jawab Salsa.
Bu Anis mengacungkan jempolnya.
"Hebat," puji Bu Anis.

Sementara itu, Pak Yuhdi hanya bisa mengucapkan terima kasih. Kemudian, pelajaran Bahasa Indonesia berjalan seperti biasanya, yaitu presentasi.

Hari Kamis yang tak akan pernah terlupakan itu akhirnya ditutup dengan pelajaran Tarjamah.

2 komentar:

  1. untuk Bu Anis dan Pak Yudi... happy milad ya. untuk anak2 6C... tetap ceria

    BalasHapus
  2. Subhanallah...wow...nice story...keren banget...6C memang Ceria dan Compak alias kompak...

    BalasHapus

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.