Senin, 29 November 2010

Senin Bersama 6C

"Kenapa, sih, kalau kita berpikir kita nggak akan menang, kita menang. Tapi kalau kita berpikir kita akan menang, kita nggak menang," keluh Zira saat upacara berakhir. Rupanya, Zira tengah membicarakan tentang K3 Award.
"Berarti, kita harus berpikir nggak menang, biar kita menang," kata seseorang.
"Ya, nggak gitu juga, itu namanya nggak berusaha," timpal Husna.
"Kan, nggak selamanya juga kita bisa menang," celetuk Dinda.
"Mungkin peraturan di K3 Award, yang sudah menang nggak boleh menang lagi. Jadi menangnya nggak boleh berturut-turut," tebak Safira.
"Bisa jadi," jawab Ghina.

IPA kali ini membahas tentang Perubahan Benda.
"Tepuk konsentrasi," teriak Pak Muslim sebelum pelajaran dimulai.
Prok prok prok, prok prok prok, tuing, tuing, hap.
"Hahaha," 6C tertawa karena tepuk konsentrasi baru mereka yang lucu.
"Nevan kok nggak ikut tepuk konsentrasi?" protes 6C. Kecuali Nevan tentunya.
Tapi ternyata, Pak Muslim hanya menjawab, "nggak apa, Nevan kan istimewa."
"Jii."

"Ihh, pekan ini ulangannya banyak banget," keluh seseorang.
Memang, ulangan untuk pekan ini lumayan banyak. Ada ulangan IPS untuk hari ini, ada ulangan Bahasa Inggris untuk hari Rabu, dan ada ulangan Tarjamah untuk hari Kamis. Belum lagi, ditambah dengan ulangan IPA bab Konduktor dan Isolator Panas hari Selasa dan ulangan IPA bab Perubahan Benda hari Jumat.

"Jadi, perkaratan benda bisa terjadi karena pengaruh air dan udara," kata Pak Muslim menerangkan.
"Kalau roti bisa karatan nggak, Pak?" tanya Aris.
"Hahaha."

"Halimah, kamu kenapa?" tanya Pak Muslim menyadari Halimah yang sedang menangis.
"Pusing, Pak," Salsa yang menjawab.
"Kalau begitu, Salsabila, tolong antarkan Halimah ke UKS," pinta Pak Muslim.
"Iya, Pak," jawab Salsa.

"Pak, sudah jam sembilan lewat tiga puluh detik," kata Husna.
"Ya sudah, kita akhiri pertemuan kita kali ini dengan mengucapkan hamdalah," kata Pak Muslim.
"Alhamdulillahirrabilalamin."

"Habis ini pelajaran apa?" tanya Rahma.
"Matematika," jawab Hanifah.

"Hasil UK dan TO kemarin akan dibagikan," kata Bu Nia.
Keadaan kelas pun rusuh.
"Tanganku jadi dingin."
"Aku jadi keringetan."
"Aku jadi kebelet pipis."

"Alhamdulillah barakah," teriak Salsa, ketika lembar TOnya dibagikan.
"Alhamdulillahirrabilalamin," teriak yang lain tak kalah senangnya.
"Arrahmanirrahim," lanjut seseorang.
"Hahaha."

Alhamdulillah, ternyata yang nilai UKnya mendapat nilai 100 lumayan banyak. Kalau TO, ada dua orang.

"Kita sekarang latihan UAS, ya," kata Bu Nia.
"Iya, Bu," jawab 6C kompak.

Setelah Matematika dan istirahat, PAI.
Pak Musyafa keliling kelas untuk mengoreksi bacaan doa Iftitah setiap anak.

Lalu Bahasa Sunda.
"Pak, tacan apaan?"
"Tikoro apaan?"
"Awahing apaan?"
"Meueusan apaan?"
"Ngorondang apaan?"
"Juru apaan?"
"Cinyusu apaan?"
"Lombang apaan?"
"Taya apaan?"
"Guk-gok apaan?"
"Sihoreng apaan?"
"Kakeueum apaan?"
"Papagan apaan?"
"Dipeprekan apaan?"
"Mimiti apaan?"
"Manggihan apaan?"
"Bilik apaan?"
"Caang apaan?"
"Tuluy apaan?"
"Aduh, satu-satu dong, kalau mau nanya," keluh Pak Yuhdi.
"Hahaha."

Usai Bahasa Sunda dan istirahat, T2Q.
"Bismillahirrahmanirrahim. Ya Allah, semoga UAS Quran anak-anak 6C lancar."
"Amin."

IPS. Ulangan. Kali ini, Bu Anis tampak tegas tanpa ampun.
"Aris, kamu ngobrol lagi, ya? Kalau begitu, ke depan! Kerjakan di depan kelas saja."
"Zulkifli, ke depan! Temani Aris. Karena kamu ngobrol juga, sih."
"Nevan, sini."
"Halimah, duduk di dekat tempat sampah situ. Jangan ngobrol lagi, ya."

"Bu Anis galak banget. Ngobrol sedikit saja nggak boleh," bisik seseorang.
"Bukannya galak, itu tegas. Bagus itu, untuk lebih mendisiplinkan anak-anak 6C."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.