Rabu, 18 Mei 2011

Gagal Ujian Praktek

Seperti yang terpampang jelas pada surat nomor 69/SDIT-UQ/05/2011, bahwa pada hari Rabu, tanggal 18 Mei 2011 ini, akan diadakan Ujian Praktek PAI dengan indikator wudhu, sholat, dzikir, dan doa. Karena itu, semalam, level 6 SDIT Ummul Quro Bogor asyik memantapkan wudhu, sholat, dzikir, dan doa mereka.

Tak disangka, ternyata usaha mereka semalam tak bisa diperlihatkan kepada guru mereka hari ini. Karena ternyata, guru-guru level 6 mengundur jadwal pelaksanaan Ujian Praktek. Pengubahan jadwal tersebut ternyata bukan karena faktor yang sepele, yaitu karena berhubungan dengan SKB Menteri terkait cuti bersama. Akibatnya, dalam 3 hari ini (Rabu, Kamis, dan Jumat), level 6 dipulangkan lebih awal, yaitu pukul setengah 12.

Pagi itu, 6C datang ke sekolah dengan tampang yang sangat ceria. Maklum, habis liburan. Meski pun liburannya tidak terlalu panjang, namun lumayanlah, untuk mendinginkan otak sehabis UN.
"Assalamualaikum!" teriak Ghina semangat ketika dia baru masuk.
Serentak, yang berada di dalam kelas kaget dan segera menoleh, "waalaikumsalam."

Sehabis masuk ke dalam kelas, 6C bermain sampai bel berbunyi nyaring. Dengan sigap, 6C segera berbaris diluar kelas. Kemudian masuk kembali setelah menyalami Bu Anis.

"Bersiap!" seru Aris, "sikap berdoa!"
"Tangannya diangkat, kepala ditundukkan, berdoa...," 6C tidak kompak.
Ada yang bilang, "berdoa dengan khusyuk."
Dan ada juga yang bilang, "berdoa dimulai."
Tapi, itu sudah menjadi hal yang biasa bagi 6C. Dan tidak perlu dipermasalahkan lagi.

Usai berdoa, Bu Anis mempersilakan 6C untuk tilawah minimal 1 halaman.
"Shadaqallahuladzim...," ucap Halimah usai menutup Qurannya.
"Cepat banget," protes Safira, tetapi pandangannya tetap pada Qurannya.
"Iya, aku kan sudah baca dari tadi," aku Halimah.
Tanpa berkomentar lagi, Safira pun melanjutkan bacaannya.

Kini saatnya untuk T2Q. Tapi 6C bingung.
"T2Qnya dimana?"
"Di masjid bukan?"
"Atau di kelompok masing-masing?"
Namun kebingungan 6C segera berakhir ketika Pak Ghoni dan Bu Dewi datang.
"T2Qnya perkelas dulu untuk sementara," kata Pak Ghoni.
Mendengar kabar itu, 6C bersorak senang. Mereka memang lebih suka bersama daripada harus berpisah perkelompok.

"Nanti, waktu Ujian Praktek T2Q, kalian disuruh...," omongan Bu Dewi terhenti.
"Kok ada Ujian Praktek T2Q segala?" protes.
"Memang ada," jawab Bu Dewi jahil.
6C sebal. T2Q memang tidak terlalu mengasyikkan bagi mereka.

Usai T2Q, Bu Anis membahas tuntas semua yang berkaitan dengan Ujian Praktek.
"Ujian Prakteknya nggak jadi hari ini," sahut beliau langsung tanpa basa-basi.
"Kenapa?" tanya 6C heran sambil memasukkan Qurannya ke dalam tas masing-masing.
"Karena bentrok sama cuti bersama, 16 Mei," jawab Bu Anis.
6C mengangguk paham. Mendengar itu, ada yang sedih, ada juga yang gembira. Yang sedih adalah anak yang semalam sudah susah payah menghafal dzikir dan doa. Yang gembira adalah anak yang semalam lupa atau sengaja tidak menghafal dzikir dan doa tersebut sama sekali.
"Yah, gagal Ujian Praktek, deh," seru Salsa.
"Hahaha."
"Ada kabar lagi selain itu," kata Bu Anis.
"Apa itu?" tanya 6C. Semua mata memandang Bu Anis. Penasaran.
"Hari ini pulangnya jam setengah 12," kata Bu Anis.
6C mengangguk lagi, mendengar itu, semuanya pasti gembira.

Bu Anis pun segera memberi pengarahan Ujian Praktek kepada 6C.
"Untuk Basa Sunda dan SBK, kelompoknya akan ditentukan nanti. Kemudian ikhwan harus memakai celana panjang, sarung, dan peci. Sementara akhwat harus memakai rok batik," kata Bu Anis panjang lebar.
"Hah? Sarung? Peci? Dikira mau sholat? Kalau gitu akhwat pakai mukena ya, Bu," sahut Aris dengan nada tidak terima.
"Hahaha," 6C tergelak bersama.
"Nah, kalau Bahasa Inggris, ini Bu Anis bacakan peran yang akan kalian dapatkan," pesan Bu Anis sebelum menyampaikan pembagian peran untuk dialog Bahasa Inggris.
"Bagi yang berperan menjadi guru harus memakai jas dan dasi atau baju batik atau baju formal, alat tulis, dan tas. Muridnya seragam, tas, dan alat tulis," kata Bu Anis akhirnya.
"Wah, keenakan muridnya, Bu!" ada lagi suara protes tidak terima. Tapi 6C tetap menganggapnya sebagai gurauan biasa.
"Hahaha," 6C tersenyum lebar mendengar itu.
"Untuk IPA, mencangkok, kalian harus membawa pisau, gelas air kemasan, gunting, kantong keresek, dan tali kasur. Tapi jangan sampai kasur kalian di rumah sampai rusak, ya, karena diambil talinya," kata Bu Anis sedikit bercanda.
"Hahaha," 6C tertawa kompak.
"Terus jangan lupa bawa juga baterai ukuran AA 2 buah, gunting, isolasi listrik, palu kecil, dan papan jalan triplek," kata Bu Anis melanjutkan.
"Papan jalan triplek itu yang kayu ya, Bu?" tanya Ghina dari belakang kelas.
Bu Anis mengangguk.
"Pakai triplek ini saja ya, Bu?" mohon Ghina. Jemarinya menunjuk ke arah belakang, papan triplek pembatas antara 6C dan 6D.
"Hahaha," 6C tertawa lagi untuk yang kesekian
"Khusus untuk PJK, kalian bawa minuman isotonik, ya? Terakhir untuk Bahasa Indonesia, kalain harus pakai jas atau kemeja dan dasi bagi ikhwan dan jilbab kain serta busana batik untuk akhwat," kata Bu Anis.

15 menit kemudian, bel berbunyi. Bu Anis pun berubah profesi, mulanya menjadi guru pengarah Ujian Praktek, sekarang menjadi guru pengetes dialog Bahasa Inggris.
Seluruh anak 6C dites kemampuan percakapan Bahasa Inggrisnya di depan Bu Anis. Memang masih boleh melihat teks (karena dialog), tapi tetap saja lumayan rumit. Karena Bahasa Inggrisnya menggunakan kosakata yang tidak banyak anak 6C kenal.
"Bu, memang suara ketukan pintu di Indonesia sama di Inggris beda ya?" tanya seseorang dengan tampang polos.
"Memangnya kenapa?" tanya Bu Anis heran.
"Nih," sahutnya sambil menunjuk tulisan 'Knock... Knock... Knock...' di kertas dialog Bahasa Inggrisnya.
"Hahaha," serentak Bu Anis dan murid-murid yang berada di sana tertawa renyah.

Begitulah, waktu terus berjalan dengan diselingi tawa. Hingga kini, jam 10 pun tiba.
"Bu, sudah jam 10. Boleh Sholat Dhuha?" tanya Dinda kepada Bu Anis yang masih sibuk mengetes.
"Boleh," jawab Bu Anis sambil mengangguk.
Dinda, diikuti kawan-kawannya, segera bergegas ke kamar mandi, mengambil wudhu.

Usai sholat, 6C jajan bersama-sama. Mereka pun asyik bercengkerama riang hingga Pak Yuhdi memasuki kelas.
"Assalamualaikum," salam Pak Yuhdi ceria.
"Waalaikumsalam," jawab 6C tak kalah ceria.
"Aris, bagikan ini, ya," pinta Pak Yuhdi. Tangan kanannya menyodorkan setumpuk kertas yang isinya belum diketahui 6C.
Usai dibagikan, ternyata isi dari kertas tersebut adalah dzikir dan doa yang biasa dibaca usai sholat di sekolah.
"Ini untuk Ujian Praktek PAI. Dihafalkan, ya," pinta Pak Yuhdi.
6C mengangguk.
Sembari 6C menghafal, Pak Yuhdi asyik dengan laptopnya yang sengaja ia bawa ke dalam kelas.

Tapi belum sampai 5 menit, keadaan kelas sudah rusuh. Pak Yuhdi lantas menenangkan keadaan kelas.
"Bapak minta kalian menghafal, bukan mengobrol. Tapi kalau pun kalian sudah hafal, tolong jangan berisik, ya. Bapak minta tolong, ini juga demi kalian sendiri, kan?" tanya Pak Yuhdi pelan, tapi tegas.
6C pun segera mengerti. Mereka pun langsung tertib. Namun, ketertiban itu tak berlangsung lama, sebab 6C kembali rusuh di menit-menit terakhir sebelum bel pulang.
"Sudah pada hafal, ya?" tanya Pak Yuhdi.
Mayoritas 6C menggeleng.
"Terus kenapa pada ribut? Coba Nevan baca doanya," suruh Pak Yuhdi.
Nevan hanya bisa terdiam, rupanya dia belum hafal.
"Kalau begitu Syamila, tolong baca dzikirnya," suruh Pak Yuhdi lagi.
Syamila menggeleng, tanda tidak mampu.
"Bapak minta tolong ke Fikri saja, deh, kalau gitu, tolong baca doanya," suruh Pak Yuhdi untuk yang terakhir kalinya.
Fikri hanya senyam-senyum salah tingkah.
"Tuh kan, pada belum hafal. Gimana, dong? Kalian mau lulus tidak, sih?" tanya Pak Yuhdi.
"Pak, daripada minta tolong ke mereka, mendingan minta tolong ke saya," Aris menawarkan dirinya dengan berani.
Pak Yuhdi tersenyum kepada Aris. Mempersilakan dia untuk membaca dzikir dan doa.

5 menit berselang. Aris sudah selesai membaca dzikir dan doa tersebut. Kini, 6C bebas dari pertanyaan Pak Yuhdi. 6C disuruh membaca doa, kemudian pulang.

1 komentar:

  1. rasanya aku juga sedih gara-gara bingung pulangnya deh heheheh :) rumahku nun jauh di ujung bogor sana ..

    BalasHapus

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.