Rabu, 25 Mei 2011

Kedatangan Seekor Tamu

Pagi itu, sebelum bel berbunyi, lantunan suara murajaah yang disetel dari lantai bawah terdengar merdu di seluruh pelosok sekolah.
"Hari ini di T2Q ada tes tulis tajwid, kan?" tanya Halimah. Dia berusaha keras untuk mengalahkan suara lantunan murajaah yang terdengar semakin keras.
"Iya," Salsa mengangguk.
"Yah, aku belum hafal, nih," keluh Halimah.
"Hafalin saja sekarang. Aku juga belum hafal, kok," timpal Kalista.
"Ya sudah. Hafalin bareng, yuk?" ajak Halimah.
Kalista mengangguk setuju. Halimah pun segera menyambar tangan Kalista, kemudian menariknya ke sudut kelas yang sepi.
"Hafalin disini saja, nggak ada yang ganggu," kata Halimah datar.

5 menit kemudian, suara murajaah yang melantun merdu tersebut terhenti secara mendadak. Kemudian dilanjutkan dengan bunyi bel tanda masuk. Mendengar bel yang bunyinya bagai bunyi halilintar tersebut, Halimah dan Kalista yang sedang konsentrasi menghafal tajwid terperanjat kaget.
"Belnya bikin jantungan, nih," sungut Kalista sambil mengurut dadanya berkali-kali.
"Hahaha."

Usai berbaris, Bu Tia, Bu Robiah, dan Pak Hakim langsung saja masuk ke dalam kelas 6C.
"Ihh, masih pagi juga. Kok Bu Tia sama Bu Robiah sudah datang?" tanya Salsa heran.
"Iya dong," jawab Bu Tia bangga.
Salsa hanya tersenyum kecut.
"Hahaha."

Setelah berdoa, tanpa basa-basi lagi, T2Q segera dimulai.
"Ini lembar jawaban tes tajwidnya," kata Bu Tia sembari berkeliling kelas membagikan lembar jawaban dengan adil.
"Soalnya mana?" tanya Aris tidak sabar.
"Sabar, sebentar lagi juga dibagikan," kata Pak Hakim.

Setelah masing-masing murid mendapatkan jatah lembar soal dan lembar jawabannya, Bu Tia memberikan instruksi cara pengerjaannya. Kemudian tes tulis tajwid dimulai. Bu Tia, Bu Robiah, dan Pak Hakim berjalan hilir-mudik keliling kelas. Memastikan tes ini berjalan tanpa kecurangan.

3 menit pertama berlangsung normal. Hingga pada menit ke4, suasana mulai gaduh.
"Ibu jangan keliling-keliling, nanti jawaban aku diliat sama Ibu," kata Ghina sambil menutup lembar jawabannya dengan kedua tangan.
"Memang kalau Ibu lihat jawaban kamu kenapa?" tanya Bu Tia heran.
"Nanti Ibu nyontek, kan kata Ibu tadi nggak boleh nyontek," jawab Ghina.
"Kan Ibu ini guru, jadi boleh, dong," kata Bu Tia.
"Terserah Ibu, deh. Tapi Ibu jangan lihat aku terus," tampaknya Ghina sudah mulai kehabisan kata-kata. Akhirnya, dengan cara yang lembut dan tidak menyinggung, Ghina mengusir Bu Tia. Dan Bu Tia menurut.

25 menit kemudian, Bu Tia, Bu Robiah, dan Pak Hakim meminta 6C untuk mengumpulkan lembar jawaban masing-masing.
"Lembar soalnya juga?" tanya Afi sambil mengangkat lembar soal miliknya.
"Iya," Bu Tia menangguk, kemudian beliau mengulurkan tangannya, menyambut lembar soal dari Afi.
Yang lain pun ikut mengumpulkan lembar soal mereka.

Setelah Bu Tia, Bu Robiah, dan Pak Hakim memastikan tidak ada lagi lembar jawaban serta lembar soal yang tertinggal, mereka pun pergi meninggalkan kelas 6C. Kemudian, kelas itu pun diambil alih oleh Bu anis. Bu Anis membimbing anak didiknya untuk menjalani Ujian Praktek PAI. Pertama tes wudhu, ikhwan dites wudhu di kamar mandi ikhwan lantai 2, bersama Pak Yuhdi. Sementara akhwat dites wudhu di kamar mandi akhwar lantai 2 bersama Bu Emil.

Saat akhwat hendak tes wudhu di lantai 2, ternyata sebuah kecelakaan kecil terjadi. Tidak ada air.
"Jadi gimana, Bu?" tanya Sasa khawatir.
"Tesnya di lantai 1 saja," kata Bu Emil.
"Kalau nggak ada air juga?" tanya Sasa lagi.
"Jangan gitu, lihat saja dulu," kata Bu Emil sambil pergi menuruni tangga, menuju lantai 1.

Ternyata di lantai 1 kamar mandi akhwat ada air. Alhamdulillah. Akhirnya, akhwat 6C pun melaksanakan tes wudhu disana. Sambil mengunggu giliran, akhwat 6C ngerusuh di tangga. Dan ternyata, tingkah akhwat 6C itu membawa bencana. Macet.
"Kak, jangan duduk-duduk disini dong. Ini tangga, buat lewat!" gerutu seorang adik kelas.
"Yee, suka-suka kita, dong," jawab Nia tak acuh.
Akhirnya saling dorong pun terjadi. Untuk saja, Bu Emil segera memanggil akhwat 6C untuk segera menjalani tes wudhu.

Usai masing-masing murid mendapatkan nilai, tes wudhu pun dilanjutkan dengan tes dzikir dan doa serta tes sholat.
"Bu, tes sholatnya berapa rakaat?" tanya Hanifah.
Bu Anis mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya, artinya 2.
"Ohh," mulut Hanifah membulat lucu.
"Jangan lupa hafalkan niat sholat, ya," tambah Bu Anis.
"Niat sholat apa, Bu?" tanya Hanifah.
"Subuh," jawab Bu Anis.
"Ohh," mulut Hanifah kembali membulat.

30 menit kemudian, Ujian Praktek PAI usai. Dilanjutkan dengan istirahat, kemudian ngerusuh lagi.
"Kenapa sih, rusuh melulu? Hobi, ya?" tanya Pak Yuhdi heran.
"Habis, kita ngapain, Pak? Bosen," sanggah seseorang.
"Latihan nyanyi Manuk Dadali saja," saran Pak Yuhdi.
Saran Pak Yuhdi ternyata adalah saran yang tidak terlalu tepat. Karena bukannya kerusuhan 6C berkurang, malah semakin bertambah. Suara alat musik beradu dengan suara nyanyian dari mulut masing-masing. Bising. Pak Yuhdi pun hanya bisa pasrah sampai bel istirahat berbunyi.

Setelah istirahat, ada latihan Ujian Praktek Bahasa Inggris dengan Bu Anis. Mulanya, keadaan kelas biasa saja. Namun beberapa menit setelahnya, ada tamu masuk ke dalam kelas 6C, dan membuat suasana kelas gaduh. Tamu tersebut datang pelan-pelan mendekati meja Ghina.
"Itu apaan? Hiii," teriak Ghina kaget, dia langsung melompat dari kursinya, menjauh.
"Yah, badan gede, nyali ciut," ejek Nevan melihat Ghina ketakutan.
Ghina diam saja. Cuek.
"Sini deh, gua usir," kata Nevan. Dia merobek kertas dari buku tulisnya, kemudian meremas-remas kertas tersebut. Dengan kertas itu, dia melempari tamu tersebut. Tapi tamu tersebut sama sekali tidak bergerak. Mendapat respon seperti itu, Nevan tidak menyerah. Dengan yakin, dia mengulangi aksinya. Dilemparnya kertas untuk yang kedua kalinya. Baru saja Nevan mengambil ancang-ancang, tapi Ghina langsung berteriak, "jangaaan, kasihan!"
"Katanya takut, kok kasihan?" tanya Dinda.
"Hahaha."
"Pokoknya jangan dilempar! Kasihan!" teriak Ghina.
Nevan pura-pura tidak mendengar. Sekarang, dia mencoba mengusir tamu tersebut dengan botol.
"Ihh! Dibilangin jangan!" teriak Ghina lebih keras.
Nevan cuek. Dia tetap melempari tamu tersebut dengan botol. Tapi itu pun bergerak perlahan-lahan, lalu pergi.

Kau tahu, siapa tamu tersebut? Dia kecil, berwarna hitam kebiru-biruan, memiliki kaki yang panjang-panjang, dan memiliki sayap yang lebar. Namanya? 6C pun tak tahu.

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.