Kamis, 26 Mei 2011

Mencangkok VS Merangkai Listrik

Kamis yang cerah ini dimulai dengan hal-hal yang biasa. Yaitu berbaris dan berdoa.
"Buka Al-Qurannya, tilawah sendiri-sendiri, ya. Boleh 1 halaman atau 2 halaman. Boleh 1 surat atau 2 surat. Boleh 1 lembar atau 2 lembar," cerocos Pak Yuhdi ketika berdoa baru saja usai.
"Iya, Pak," jawab 6C patuh. Kemudian membuka Al-Qurannya masing-masing.

Belum saja 6C selesai tilawah, tiba-tiba terdengar derap langkah dari kejauhan. Semakin lama, suara langkah kaki itu terdengar semakin jelas. Dan, pintu 6C pun terbuka.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Waalaikumsalam," jawab 6C.
Rupanya pemilik suara derap langkah tadi adalah Pak Muslim.
"Ngapain ke sini, Pak?" tanya Nia.
"Mau ngasih tahu sesuatu," kata Pak Muslim.
Mendengar itu, 6C langsung fokus kepada Pak Muslim. Penasaran akan apa yang akan disampaikan oleh Pak Muslim.
"Nanti, Ujian Praktek IPAnya ada 3 tugas. Yaitu merangkai listrik, membuat elektromagnetik, dan mencangkok tumbuhan," kata beliau enteng.
"Merangkai listriknya kayak gimana?" tanya Safira.
"Merangkai listriknya seperti ini," kata Pak Muslim seraya menggambarkan rangkaian listrik di papan tulis.
"Mengerti semuanya?" tanya Pak Muslim ketika gambar buatannya sudah selesai sempurna.
"Mengerti, Pak," jawab 6C kompak.
"Nanti, ikhwan mencangkok duluan di lapangan," lanjut Pak Muslim.
"Terus akhwatnya ngapain?" tanya Zavien.
"Akhwatnya nanti merangkai listrik di kelas dulu," jawab Pak Muslim.

Setelah berbagai instruksi mengenai pelaksanaan Ujian Praktek sudah tuntas Pak Muslim sampaikan, Pak Muslim pun pamit.
"Yah, guru tersayangnya pergi, deh," keluh Nia. Dia menekankan suaranya pada kata 'tersayang'.
"Hahaha," 6C tertawa, mereka mengerti maksud Nia.

Sebelum Ujian Praktek IPA dimulai, Pak Abdurrahman dan Bu Robiah memasuki kelas 6C. T2Q pun dimulai.
"Berdoa dulu, ya," kata Pak Abdurrahman.
Tanpa menunggu jawaban dari 6C, Pak Abdurrahman langsung memimpin doa. 6C berdoa dengan malas.

"Kalian kalau berdoa harus sungguh-sungguh, ya? Karena kesuksesan itu berawal dari doa!" bentak Pak Abdurrahman usai berdoa.
6C langsung gelagapan ketika dibentak begitu. Mereka semua bungkam. Untung Pak Abdurrahman masih berbaik hati, memberikan kesempatan kepada 6C untuk memperbaiki diri mereka masing-masing.
"Sekarang kita baca surat Ad-Dhuha sampai An-Naas, ya?" tanya Pak Abdurrahman.
6C mengangguk. Ad-Duha pun mulai dibacakan, dilanjutkan dengan surat-surat selanjutnya. Tapi, baru saja sampai pada surat Al-Qoriah, 6C sudah lengah. Mereka tampak malas sekali.

6C tampak gembira ketika menyadari jarum jam sudah bergerak menginjak angka 6. Karena itu tandanya, T2Q yang membosankan itu akan segera berlalu. Dan benar saja, semenit kemudian, Pak Abdurrahman meminta 6C untuk menengadahkan tangan dan menundukkan kepala, berdoa.

Ujian Praktek IPA dimulai. Dengan semangat, ikhwan menyiapkan gelas air kemasan, tali kasur, kantung kresek, gunting, dan pisau. Ikhwan tampaknya sudah siap tempur. Dengan semangat, mereka membawa senjata-senjata mereka itu ke lapangan. Kemudian dengan bimbingan beberapa orang guru, mereka mulai mencangkok.

Mencangkok boleh dikatakan susah-susah gampang bagi pemula. Tapi bagi yang sudah terbiasa, hal itu akan terasa mudah sekali. Sebelumnya, 6C sudah pernah mempraktikkan cara mencangkok (baca: Praktek IPA). Jadi, harapan untuk mendapat nilai sempurna semakin besar.

Berbeda dengan akhwat. Dengan malas, akhwat menyiapkan papan jalan triplek, isolasi listrik, gunting, dua buah baterai ukuran A2, dan palu. Mereka tampak malas sekali. Karena mereka sudah berfirasat bahwa merangkai listrik dan menyusun elektromagnetik tak akan semenyenangkan mencangkok.

Keadaan kelas bising sekali. Suara palu terdengar bersahut-sahutan di seluruh penjuru kelas. Belum lagi suara keluhan karena paku tidak bisa menancap sempurna di atas papan jalan.
"Ibu, aku nggak ngerti cara merangkai listrik. Ada contohnya nggak, Bu?" tanya Salsa. Dahinya berlipat-lipat. Tanda bingung yang teramat sangat.
"Ada di 6A," jawab Bu Anis seraya menunjuk ke luar.
"Bilang ke mereka dong, Bu, kalau aku mau pinjam," pinta Salsa dengan tampang melas.
"Bilang sendiri, dong," kata Bu Anis cuek.
"Yahh, Ibu," keluh Salsa sembari duduk kembali ke kursinya. Rupanya dia enggan untuk meminta sendiri kepada 6A. Dia lebih memilih untuk menunggu.

5 menit kemudian, akhirnya 6C mendapat giliran untuk meneliti contoh rangkaian listrik yang dibuat oleh Pak Fauzi dan Pak Muslim.
"Ohh, ternyata ini begini!" akhwat 6C sibuk mencocokkan hasil karyanya dengan contoh.
Tapi, belum puas 6C meneliti contoh rangkaian listrik tersebut, contoh tersebut sudah diambil kembali oleh 6A.
"Kok diambil lagi sih, Bu?" protes Dinda.
"Sudah, sabar saja. 6C bisa kok, walau tanpa contoh sekali pun," hibur Bu Anis.
Dinda hanya mengangguk lesu, kemudian meneruskan pekerjaannya.

Ikhwan sudah datang. Mereka tampak sangat gembira.
"Mencangkoknya gampang, ya?" tanya Ghina.
"Lumayan," jawab Kiki.
"Enak banget, sih? Kalau merangkai listrik susah banget, tahu! Belum lagi elektromagnetiknya nggak bisa-bisa," keluh Ghina.
"Kasihan," ledek Kiki.
Tapi Ghina tidak menjawab. Rupanya dia lebih memilih untuk meneruskan pekerjaannya ketimbang melayani ledekan Kiki barusan.

Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Padahal belum semua rangkaian listrik milik akhwat sudah jadi. Akhirnya, beberapa akhwat pun merelakan waktu istirahatnya demi Ujian Praktek IPA ini.

Usai istirahat, ikhwan dan akhwat bertukar tempat. Ikhwan yang tadinya mencangkok, kini merangkai listrik. Sementara akhwat yang tadinya merangkai listrik, kini mencangkok.

1 setengah jam kemudian, Ujian Praktek IPA selesai. Tinggal 1 tugas saja, mengerjakan LKS. Ketika 6C sedang seriusnya mengerjakan LKS, tiba-tiba seseorang muncul di kelas 6C sambil menenteng sebuah kamera kecil, "hari ini giliran 6C yang foto buat buku tahunan," katanya.
6C tampak girang, dengan cepat sekali, mereka menyelesaikan LKS mereka. Tak peduli jawaban yang mereka berikan adalah jawaban yang tepat atau bukan.

Setelah mengumpulkan LKS tersebut, 6C langsung berlari ke depan kelas 6A. Karena disanalah pemotretan akan dilaksanakan. 6C berfoto lama sekali. Bukan karena susah difoto, tapi karena kebanyakan gaya.
"Hahaha."

2 komentar:

  1. na, bukannya yg ngomong "Yah, guru tersayangnya pergi, deh," itu kiki ya ? atau emg sengaja atau gmn ? (jgn mikir macem2 !)

    BalasHapus

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.