Senin, 30 Mei 2011

Upacara Terakhir Di Sekolah Dasar

Khotmul Quran adalah acara rutin pertahun yang diselenggarakan oleh SDIT Ummul Quro Bogor yang pesertanya adalah seluruh murid level 6 SDIT Ummul Quro Bogor yang sudah lulus tes juz 30. Tujuan acara ini adalah untuk menunjukkan kepada orang tua murid, bahwa anaknya sudah berhasil mempelajari Quran secara tuntas lewat mata pelajaran T2Q.

Demi suksesnya acara yang akan diselenggarakan pada tanggal 4 Juni tersebut, beberapa guru T2Q level 6 mengadakan latihan Khotmul Quran yang akan berlangsung selama 4 hari. Yaitu hari Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat. Hari Kamis tidak ada, karena hari Kamis merupakan tanggal merah.

Senin itu, angin berhembus ringan, dipadu dengan sinar matahari yang hangat. Tenang sekali rasanya. Namun tiba-tiba, ada seseorang yang berani mengusik ketenangan tersebut, "UPACARA, WOI! UPACARA!" teriaknya riuh.
Spontan, orang-orang yang berada di sana menengok, "upacara?"
"Iya, kata Pak Yuhdi hari ini ada upacara," lanjutnya.
Kemudian, terdengar beberapa keluhan ringan. Rupanya mereka sedang malas untuk berdiri lama-lama di lapangan.
"Kenapa harus pakai upacara segala, sih?" protes Ghina sebal. Dia melempar sepatunya tinggi-tinggi. Tak peduli sepatu tersebut akan mendarat dimana.
"Perasaan upacara yang kemarin itu upacara terakhir kita di SD. Tapi sekarang kok ada upacara lagi, sih?" protes yang lain tak kalah sebal.

Dengan langkah gontai, 6C pun turun ke lapangan dan berbaris dengan berat hati. Namun tiba-tiba, 6C dikagetkan oleh teriakan dari Pak Fauzi, "bagi ikhwan yang perlengkapan upacaranya nggak lengkap, silakan ke belakang! Kalian seharusnya memberi contoh yang baik kepada adik kelas kalian! Bukannya malah melanggar tata tertib seperti ini!"
"Yah, kena, deh," keluh ikhwan. Memang, seluruh ikhwan 6C hari itu tidak mengenakan perlengkapan upacara dengan lengkap. Kecuali 2, Aris dan Zavien. Faktor utama yang menyebabkan mereka lupa adalah karena 2 pekan kemarin, upacara tidak diadakan. Jadi, mungkin mereka berpikir bahwa pekan ini, upacara juga tidak ada. Tapi ternyata, terbukti pada hari ini, bahwa perkiraan mereka salah.
"Betapa beruntungnya menjadi akhwat," gumam akhwat ketika melihat ikhwan yang lupa mengenakan perlengkapan upacara berbaris di belakang lapangan, kepanasan.
"Hahaha."

Jarum jam terasa berjalan dengan lambat sekali. Setengah jam berasa seperti berjam-jam. Tapi untung saja, upacara yang melelahkan itu segera berlalu. "Habis ini kita ngapain, Bu?" tanya Amel ketika upacara baru saja bubar.
"Latihan Khotmul Quran," jawab Bu Anis.
"Dimana?" tanya Amel lagi.
"Di aula SDIT," jawab Bu Anis.
"Kelasnya dibongkar dong, Bu?" tanya Amel.
Bu Anis mengangguk.
"Yahh," keluh Amel. Dia tidak bisa membayangkan nasib tasnya.

Ketika akhwat 6C akan berkumpul di aula SDIT, mereka melihat ikhwan sedang berlari-lari di lapangan. Ternyata, ikhwan tersebut sedang dihukum. Mereka di hukum karena mereka lalai, tidak membawa perlengkapan upacara.
"Kasihan banget, sih, ikhwan," kata Salsa iba seraya memperhatikan ikhwan yang mulai ngos-ngosan.
"Iya, kasihan," dukung yang lain. Rupanya akhwat bersimpati sekali kepada ikhwan.

Beberapa menit kemudian, terdengar seruan-seruan heboh dari Dinda, "6C menang K3 Award! 6C menang K3 Award!" soraknya.
"Pasti bohong," tebak Husna.
"Beneraaan!" kata Dinda mantap.
"Serius?" tanya Salsa masih dengan tampang tidak percaya.
"Seriuuus!" jawab Dinda.
"Horeee!" akhwat 6C langsung berpelukan bahagia. Namun ikhwan cuek, mereka sedang kelelahan sehabis berlari, tak peduli dengan kemenangan 6C itu.

Saat seluruh murid level 6 SDIT Ummul Quro Bogor sudah berkumpul di aula SDIT, latihan Khotmul Quran pun dimulai hingga jam 11.

3 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.