Kamis, 14 Oktober 2010

A Nice Thursday

MM, T2Q, lalu PJK.
"Bapak kok bajunya sama kayak Pak Mukhlis?" tanya seseorang kepada Pak Yuhdi.
"Iya dong, keren, kan?" tanya Pak Yuhdi sambil berpose di samping Pak Mukhlis.
"Ihh, angka 10," kata Sasa.
"Enak saja!" Pak Yuhdi langsung lari, menjauhi Pak Mukhlis yang tertawa.

"Baik, kita mulai olahraga hari ini dengan mengucapkan basmalah," kata Pak Yuhdi.
"Bismillahirrahmanirrahim," ucap 6C kompak.
"Kita akan peregangan dahulu, tangannya di kepala," kata Pak Yuhdi, namun tangannya ditaruh di telinga. Memang begitulah, kebiasaan pendamping kelas 6C ini.
"1... 2... 3...," peregangan dimulai, dan dilanjutkan dengan pemanasan.

"Sekarang, kalian lari, ya. Keliling lapangan 2 kali saja, tak perlu banyak-banyak. Satu baris-satu baris, ya," kata Pak Yuhdi. Lalu meniup peluit, sebagai aba-aba lari baris pertama.

Usai lari, Afi datang.
"Pak, Afi telat," kata Halimah.
"Afi, keliling lapangan 2 kali, ya," kata Pak Yuhdi.
Afi menurut.
"Kasihan Afi," gumam Nindi ketika Afi sudah berlari.

"Untuk olahraga hari ini, kita akan melakukan tes seperti di pertemuan yang lalu," kata Pak Yuhdi.
"Yah, nanti 6C jadi panti jompo lagi, deh," keluh Ghina.
"Hahaha."

Selesai tes, akhwat berbaris di depan kelas 2, lalu latihan tari saman. Ditonton oleh Pak Yuhdi, satpam, dan beberapa adik kelas.
"Nggak ngerti, bahasa apa, tuh?" tanya seorang adik kelas.
"Bahasa di Nanggroe Aceh, Dek," jawab seseorang.
"Sudah, kalau nggak ngerti, pergi saja," kata Ghina.

Istirahat.
"Ayo, kita labrak Sekar!" komando Safira.
"Jangan bareng-bareng, nanti dikira ngajak berantem, lagi," nasihat Ghina bijak.
"Ya sudah, yang bersangkutan saja," kata Husna.
"Aku, Hanifah, Ghina, Husna, Afi, sama siapa lagi, ya? Siapa saja deh, yang mau ikut," kata Halimah.

Sesampainya di kelas 5C.
"Sekar, memangnya, kamu diajarin sama orangtua kamu ngomong kasar seperti itu?" tanya Halimah.
"Enggak kok, memang kenapa?" jawabnya singkat, sekaligus bertanya.
"Astaghfirullahaladzim," tanpa aba-aba, semua yang ada di situ menggelengkan kepalanya sambil beristighfar.
"Kalau tidak diajarkan, kenapa kamu masih gitu?" tanya Halimah.
"Maksudnya?" tanya Sekar tak mengerti.
"Hmm, maksudnya gimana, ya?" kata Halimah, mulai salah tingkah.

Jadi begini, kemarin, Sekar bilang kepada Hanifah bahwa 6C memfotokopi tari samannya 5C. Padahal, tari saman itu kan, kebebasan. Buktinya, orang Korea saja menari tari saman. Tapi masalahnya bukan karena tari saman, 6C selalu mencoba untuk ikhlas, kok, meski diledek, masalahnya adalah, 6C tidak mau generasi selanjutnya 6C seperti itu. 6C mau, Sekar dan 5C menjadi anak-anak yang sholih-sholihah. Karena itu, 6C mencoba untuk menasihati Sekar.

"Minta bantuan Bu Anis saja," kata Salsa.
"Kan kamu sendiri yang bilang, kita itu sudah besar. Kita harus coba ini sendirian," kata Husna mengingatkan apa yang diucapkan Salsa dulu.
"Oh, iya," kata Salsa menepuk keningnya.

"Kak, sudah bel, ke kelas, sana," kata Sekar.
"Tapi janji ya, kita damai," kata Husna.
"Iyo iyo iyo iyo iyo," balas Sekar sambil menutup jendela.
"Astaghfirullahaladzhim," akhwat 6C terus beristighfar. Tapi setelah perdamaian itu, masalah tersebut sudah dianggap lewat.

Sesampainya di pintu kelas 6C...
"Ada razia gelang PB," kata seseorang dari kelas lain.
"Hah?" beberapa anak kaget.
"Gimana dong?" tanya Halimah dan Husna serempak. Mereka memang salah satu pengguna Power Balance.
"Bu, titip gelangku," kata Husna sambil menyerahkan gelangnya pada Bu Anis.
"Aku juga," kata beberapa anak lain.
"Kenapa sih, nggak boleh pakai?" tanya Halimah.
"Soalnya, gelang ini bisa menimbulkan kecemburuan sosial. Seperti temanmu yang mengambil gelang orang tanpa izin demi memiliki gelang tesebut," terang Bu Anis, melanjutkan masalah kemarin.
Mengertilah mereka sudah. Kini, mereka menyimpan gelang tersebut di rumahnya masing-masing, dan berjanji tidak akan memakainya ke sekolah.

"Ihh, bau jengkol," keluh Sasa pada saat pelajaran PAI.
"Hahaha."
"Sudah, bau jangan jadi penghalang belajar. Nah, sekarang kita lanjutkan, siapa istri Abu Lahab?" tanya Bu Anis.
"Arwa binti Harbi," jawab 6C.
"Yap, Arwa binti Harbi, atau yang dijuluki sebagai tukang fitnah, adalah istri Abu Lahab," kata Bu Anis.
"Tukang fitnah? Tukang sayur, kali," kata Ghina.
"Hahaha."
"Abu Lahab pernah mendatangi penyair untuk menyaingi Al-Quran," cerita Bu Anis.
"Bu, aku pernah waktu itu, Al-Qurannya kurang satu surat," kata Halimah.
"Itu sih gara-gara kertasnya copot," kata Dinda.
"Hahaha."

Istirahat, lalu Bahasa Indonesia.
"Jam kita kemana?" tanya Bu Anis.
"Itu," tunjuk Kiki ke arah jam dinding kelas.
"Oh, iya. Hahaha," kata Bu Anis.

Pelajaran terakhir adalah Tarjamah, lalu pulang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.