Jumat, 08 Oktober 2010

Jumat yang Indah

Bel berbunyi. Anak-anak 6C bergegas keluar kelas dan berbaris. Kemudian masuk ke dalam kelas dengan rapi.
"Tatid, siapkan doa," kata Pak Yuhdi.
"Kok saya lagi, Pak?" tanya Tatid.
"Nggak apa-apa, berpahala," jawab Pak Yuhdi.

Selesai berdoa, Bu Anis datang dan menggantikan Pak Yuhdi di depan kelas. Usai murajaah surat Al-Fajr, Bu Anis bercerita tentang siksa bagi orang-orang yang lalai dalam sholat.

Kemudian, setelah MM, IPA. Pak Muslim masuk ke dalam kelas 6C, lalu mulai menerangkan tentang materi yang akan disampaikan hari ini, yaitu tentang perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif.
"Ayo cepat menulisnya, lalu kita keluar melihat tumbuhan," kata Pak Muslim.

Selang beberapa menit kemudian...
"Pak, jadi ke luar, nggak?" tanya Ghina.
"Wah, nggak. Ternyata waktunya nggak cukup. Minggu depan saja, ya," jawab Pak Muslim.

Komputer.
"Ayo ke lab."

"Hari ini, Pak Asep akan membacakan anggota kelompoknya," kata Pak Asep.
"Lihat, deh. Di sana ada bule!" teriak Salsa.
"Mana?" tanya beberapa akhwat penasaran.
"Itu!" tunjuk Salsa.
"Ihh, bulenya cantik banget!" komentar Ghina kagum.
"Eh, ayo masuk! Ngapain ke luar? Cepat kumpul dengan kelompok masing-masing!" kata Pak Asep.

Istirahat.
"Una, bulenya mau ke SD, tapi ke kelas 6, doang," kata Dinda.
"Iya?" tanya Husna.
"Bohong, hehe," jawab Dinda.
"Eh, kita nggak usah tari saman, ya. Waktunya habis karena tadi kita lihat bule dulu," kata Sasa.
"Iya, nggak apa-apa. Lagi pula, kakiku sakit. Tadi saja waktu aku mau pipis, kan jongkok, tuh, aku teriak-teriak," cerita Halimah.

Tiba-tiba Kiki masuk ke dalam kelas.
"Emangnya, di kelas kita ada yang nangis, ya?" tanya Kiki.
"Enggak ada, tuh," jawab Hanifah.
"Iya, enggak ada," Salsa ikut menjawab.
"Ohh," kemudian Kiki keluar kelas.
"Kata Bu Anis, akhwatnya nggak boleh tari saman kalau sudah bel," Kiki masuk ke dalam kelas lagi.
"Orang kakinya lagi pada encok habis olahraga kemarin," sahut Rahma.
"Siapa juga yang mau tari saman," kata Sasa.

Matematika.
"Kerjakan soal latihan ulangan ini dengan baik, ya. Boleh berdiskusi dan boleh open book. Lalu nanti, hari Senin, kita akan membahasnya. Dan hari Selasa, kita ulangan," kata Bu Nia.

Saat ikhwan sedang sholat Dzuhur, akhwat tari saman. Yang menonton lumayan banyak, dari kelas lain.
"Masih kurang kompak," komentar Haslia.
"Iya, namanya juga belajar tanpa guru. Ya, begini jadinya," jawab Salsa.
"Hahaha."

"Wudhu, yuk!" ajak Kalista.
"Ayo."

Saat sedang menuju kamar mandi, jalanan (yang menuju kamar mandi tersebut) lengket. Mungkin karena adik kelas. Akhirnya, akhwat 6C melewati jalanan lengket itu dengan bergelantungan di tiang.

Setelah berwudhu, Bu Anis memberikan materi keputrian, lalu sholat Dzuhur berjalan.

Bahasa Indonesia.
"Ayo, Zira baca puisinya!" perintah Bu Anis.
JEGLEERR!
"Aaa."

Petir menyambar. Cuaca memang sedang mendung.
"Bu Anis, pintunya kebuka sendiri! Ada angin!" kata Kiki sambil menunjuk pintu.
Semua menoleh ke arah pintu. Lalu, dari balik pintu, Aris keluar.
"Angin?" tanya Aris heran.
"Hahaha."
"Ohh, kirain angin, ternyata Aris," kata Kiki.
"Ihh, kok jadi bau?" tanya Dinda.
"Hahaha, Aris masuk, jadi bau."
"Bau apa, nih?"
"Sudah, kita lanjutkan pelajaran Bahasa Indonesianya. Ini, namanya ali...," omongan Bu Anis sengaja diputus.
"Baba," jawab Zira. Ngasal.
"Alinea! Masa alibaba," kata Bu Anis.
"Hahaha."
"Oh, iya. Besok, jangan lupa bimbel, ya. Nanti, saat istirahat, kita foto-foto. Ngumpul di kelas ini, ya!" pesan Bu Anis.
"Iya."

Setelah Bahasa Indonesia, SBK.
"Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru," ternyata, suara anak 6C merdu juga, loh!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.