Jumat, 22 Oktober 2010

Ketika UTS Lewat

"Silakan dibuka Al-Qurannya, surat Hud, ya," kata Bu Anis.
"Ini Quran males banget, nulisnya," kata Ghina sambil menunjukkan Al-Qurannya.
"Hahaha."

Usai tilawah, Bu Anis memberikan penjelasan tentang PLK Tour De Batavia sesuai dengan rapat terakhir para guru.
"Bu, kaosku lengannya kependekan," protes Zira.
"Nggak apa, nanti pakai manset, ya," kata Bu Anis.
"Anak-anak, kalian tahu tidak, PLK ini sebelumnya mau dinamakan dengan The Best Taxi for MPR. Tapi dikarenakan berubah tujuan, maka namanya juga diubah menjadi Tour De Batavia. Ada yang tahu, ini bahasa apa?" tanya Bu Anis.
"Belanda."
"Yap."

Setelah Bu Anis menjelaskan panjang lebar tentang PLK, Salsa menangkat tangan.
"Bu, boleh bawa handycam nggak?"
"Berani tanggung resiko hilang?" tanya Bu Anis.
"Berani," jawab Salsa yakin.
"Wah, Bu Anis nggak berani, tuh," kata Bu Anis.
"Hahaha."
"Jadi, Bu?" tanya Salsa, berharap.
"Tidak boleh," jawab Bu Anis.
Salsa tampak kecewa.

"Ada pertanyaan lagi?" tanya Bu Anis.
"Bu, kalau diperjalanan kebelet kencing, gimana?" tanya Kiki.
"Hahaha."
"Sebelum berangkat, kencing dulu, Ki," saran Ghina.
"Iya," Bu Anis setuju.

"Mundur, mundur, mundur, mundur, mundur, Pak Muslim mau ngajar," kata Pak Muslim saat masuk ke dalam kelas 6C. Kali ini pelajaran IPA.
"Yee, ini kelas siapa? Kok ngatur-ngatur, sih?" protes Ghina.
"Nanti Bapak gimana ngajarnya? Makanya mejanya pada mundur, dong," kata Pak Muslim sambil menarik-narik meja.
"Pak, jangan dimundurin, itu buat tempat sholat," kata Salsa.
"Sholatnya bisa di depan, kalau nggak mundur-mundur, Bapak nggak bisa ngajar, nih," kata Pak Muslim.
Akhirnya semua menurut. Meja dan kursi ditarik ke belakang.

"Nah, gini," Pak Muslim terlihat puas.
"Hahaha."
"Bapak punya cerita," kata Pak Muslim.
Anak-anak 6C mendengar cerita Pak Muslim dengan seksama.

"Kita sekarang akan belajar tentang ekosistem," kata Pak Muslim menyudahi ceritanya.

Usai menjelaskan tentang ekosistem, Pak Muslim mengadakan tugas.
"Tugas perkelompok, ya. Membuat kliping tentang ekosistem. Dikumpulkan paling lambat dua minggu lagi. Ikhwannya 4 orang-4 orang, akhwatnya 5 orang-5 orang. Bapak yang pilih, ya," kata Pak Muslim.

Setelah dipilih...
"Bapak, rumahnya pada jauh."
"Bapak, nggak mau, ah."
"Nggak seru, Pak."
Ribut.
Tapi ada yang lebih parah.
"Hiks... Hiks...," Dinda menangis.
"Bapak bingung, kalian pilih kelompoknya sendiri-sendiri aja, deh," kata Pak Muslim.
"Horeee."

Setelah IPA, komputer. Disini, malah lebih ribut.
"PAK ASEP! NGGAK NGERTI, NIH."
"PAK ASEP! CONTOHIN, DONG."
"Sabar, sabar, sabar. Satu-satu, ya," kata Pak Asep.
Akhirnya, keadaan lab komputer bisa segera dikontrol.

Komputer, istirahat, Matematika.
UTS Matematika akan dibagikan. Semua jantung saat itu berdegup. Semua kepala saat itu tertunduk. Semua mata saat itu terpejam. Semua mulut saat itu komat-kamit. Berharap agar nilainya tidak tibawah 70.

Bahasa Indonesia.
UTS IPA dan UTS PAI diumumkan nilainya. Lagi-lagi, semua hanya bisa berharap.

SBK, pulang. Dan, hari Jumat yang ceria itu ditutup dengan hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.