Senin, 06 Juni 2011

Menyeragamkan Suara

Rupanya, perjuangan level 6 belum selesai sampai disini. Karena setelah Khotmul Quran berlangsung, level 6 akan dihadapan oleh sesuatu yang sangat berat, bahkan lebih berat daripada UN. Yaitu... Pelepasan.

Pelepasan tersebut rencananya akan dilangsungkan di Gedung Surya Kencana Bogor pada tanggal 25 Juni 2011. Dan supaya acara tersebut berjalan dengan sukses, guru-guru level 6 sepakat untuk mengadakan latihan Pelepasan yang akan diadakan pada tanggal 6, 7, 16, 17, dan 20.

Suasana di hari Senin itu cerah sekali. Sayangnya, hati 6C tidak secerah cuaca di hari Senin itu. Kenapa, ya? Rupanya, mereka sedang saling marahan karena sesuatu. Tidak sampai disitu saja, parahnya, mereka saling menjaga jarak antar sesamanya.
"Kok 6C jadi kacau begini, sih?" protes Zavien. Dia bingung melihat tampang teman-temannya yang suram.
"...," hening. Tak ada yang menjawab. Semuanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
Zavien yang merasa dikacangi itu pun bergegas pergi. Jengkel.

Beberapa menit kemudian, bel berbunyi nyaring. Kemudian Bu Lia dan beberapa guru yang lain memasuki aula.
"Buat barisan, dong, biar keliatan rapi," pinta Bu Lia.
Dengan malas, level 6 pun segera membuat barisan.

Setelah keadaan aula lumayan tertib, Bu Lia memulai latihan Pelepasan.
"Saat pelepasan nanti, kita akan menyanyikan kedua lagu ini," kata Bu Lia. Tangan kanannya mengangkat teks lagu Hymne Guru karya Sartono, dan tangan kirinya mengangkat teks lagu Muslim Sejati karya Ibu Ilis.
"Ini, tolong bagikan teksnya, ya!" kata Bu Lia. Teks lagu pun segera dioper-oper sebelum akhirnya seluruh murid level 6 telah mendapatkan bagiannya masing-masing.

Bu Lia memimpin latihan menyanyi layaknya seorang dirigen.
"Kita mulai dari lagu Muslim Sejati, ya! 1... 2... 3...."
"Kami siswa-siswi...," lagu terputus.
"Kok berhenti?" tanya Bu Lia bingung.
"Nggak tahu nadanya, Bu!" protes beberapa murid.
"Oh, iya, lupa diajarin," Bu Lia menepuk jidatnya.
"Hahaha."
"Ibu ajarin dulu, ya. Kalian dengarkan saja!" kata Bu Lia.
Akhirnya, Bu Lia pun bernyanyi. Level 6 hanya mendengarkan sambil manggut-manggut mengikuti irama lagu.
"Sekarang semuanya sudah tahu, kan?" tanya Bu Lia usai menyanyikan lagu Muslim Sejati.
Level 6 mengangguk mantap.
"Kita nyanyi bareng, ya? 1... 2... 3...!" lagu Muslim Sejati pun langsung dikumandangkan dengan... Kacau.

Usai menyanyikan lagu Muslim Sejati dengan kacau, tiba-tiba Bu Ola datang.
"Wah, gurunya sudah datang, nih," kata Bu Lia ketika menyadari Bu Ola sudah berada disampingnya.
Bu Ola hanya tersenyum manis.
Untuk sesaat, level 6 terkesima melihat Bu Ola. Bu Ola memang baik, beliau bela-belain datang untuk mengajarkan level 6 bernyanyi. Padahal, beliau sedang hamil, loh!

Level 6 pun melanjutkan latihan bernyanyi mereka bersama Ibu Ola.
"Kami siswa-siswi Ummul Quro...," wah, suara mereka kacau sekali. Suara ikhwan terlalu rendah, sementara suara akhwat terlalu tinggi. Bu Ola jadi kewalahan menanggapinya.
"Kok suaranya nggak seragam, sih?" protes Bu Ola.
Level 6 diam saja, mereka juga tidak tahu sebab suara mereka menjadi seperti itu.

Bu Ola tidak menyerah, beliau berusaha sekuat tenaga untuk menyeragamkan suara level 6. Tapi ternyata, usaha Bu Ola hanya membuahkan hasil yang kecil sekali.
"Begini saja, Bu," kata Pak Yuhdi tiba-tiba.
"Gimana?" tanya Bu Ola.
"Kita seragamkan suaranya pakai jamaah," lanjut Pak Yuhdi.
"Jamaah?" Bu Ola bingung.
"Iya, kita coba, ya. JAMAAH!" sorak Pak Yuhdi semangat.
"HE-EH!" tanggap level 6, kompak. Kompak sekali malah.
"OOH, JAMAAH!"
"HE-EH!"
"ALHAMDU...?"
"LILLAH!"
"Tuh, kan, suaranya jadi sama," kata Pak Yuhdi puas.
"Hahaha."

Setelah berlatih bernyanyi lagu Muslim Sejati dan Hymne guru, latihan selesai.
"Besok kita latihan pakai gerakan, ya?" kata Bu Ola.
Level 6 mengangguk.

Ketika waktu latihan telah habis, Bu Ika mengambil alih mik. Tampaknya, beliau ingin menyampaikan sesuatu.
"Besok ada audisi pemilihan penampilan perkelas. Sebelum pulang nanti, didiskusikan ya, mau tampil apa. Durasi penampilan sepuluh sampai lima belas menit," papar Bu Ika.
Level 6 mengangguk mengerti.
"Sekarang kalian boleh pulang. Baca doa dulu, ya! Bersiap!" pimpin Bu Ika.
Level 6 pun akhirnya berdoa bersama sebelum akhirnya mereka pulang.

Sebelum pulang, 6C berdiskusi terlebih dahulu di PSB bersama Pak Yuhdi.
"Jadinya kalian mau tampil apa?" tanya Pak Yuhdi.
Beragam usul disampaikan. Pak Yuhdi pun menggabung-gabungkan usul-usul tersebut hingga kumpulan usul-usul itu membentuk sebuah rangkaian baru.

Dan... Hei, kau sadar tidak? 6C melupakan sesuatu! Kau tahu, mereka melupakan apa? Mereka melupakan kejadian tadi pagi. Hehehe, baguslah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.