Jumat, 03 Juni 2011

Gladiresik Khotmul Quran

Besok merupakan hari H. Yaitu hari dimana seluruh murid level 6 SDIT Ummul Quro Bogor akan membuktikan kepada orangtuanya masing-masing bahwa mereka sudah berhasil mempelajari Al-Quran secara tuntas lewat mata pelajaran T2Q.

Menyadari esok hari segera menjelang, Bu Eti, Bu Robiah, Pak Asep, dan beberapa guru T2Q lainnya sibuk sekali mempersiapkan segala sesuatunya. Murid-murid level 6 bolak-balik di nasihati oleh guru-guru T2Q tersebut.
"Besok bacanya jangan cepat-cepat, ya!"
"Jangan terlalu lambat juga!"
"Harus sesuai dengan ilmu tajwid, loh!"
"IYA!" gerutu murid-murid level 6. Mungkin mereka merasa sebal karena dinasihati banyak-banyak seperti itu.

"Hari ini kita gladiresik, ya!" kata Pak Asep lewak mik setelah murid-murid level 6 sudah berkumpul di lapangan bawah.
Murid-murid level 6 diam saja. Mereka juga tahu kalau hari ini agendanya adalah gladiresik Khotmul Quran.
"Ka..an ha... seri..., ya...!" kata Pak Asep lagi.
"Ngomong apa sih, Pak?" tanya Halimah. Keningnya berkerut tiga.
Rupanya mik yang dipegang Pak Asep ada sedikit gangguan. Dengak mik tersebut, suara Pak Asep jadi putus-putus dan tidak jelas.
"Waduh, jangan-jangan miknya rusak gara-gara kita," bisik Salsa kepada akhwat 6C seraya meremas-remas tangannya sendiri. Cemas.
"Kok bisa gara-gara kita?" tanya Husna heran.
"Waktu hari Rabu, kita kan mainin miknya. Mungkin gara-gara kita mainin, jadi rusak, deh," tebak Salsa.
"Oh iya, ya," Hanifah mengangguk setuju. Pikirannya terbang ke kejadian 2 hari yang lalu.
"Sudah, jangan bahas tentang hal itu. Nanti kalau Pak Asep dengar, kemungkinan besar kita akan dimarahi," kata Husna.
Percakapan itu pun segera disudahi. Akhwat 6C pura-pura tidak tahu-menahu tentang mik tersebut.

Untung saja, beberapa menit kemudian, mik sudah bisa digunakan kembali. Akhwat 6C lega sekali. Gladiresik Khotmul Quran pun dilanjutkan dengan metode free memory. Entah apa itu artinya. Karena pada saat Pak Asep membimbing level 6 gladiresik, Pak Asep selalu mengatakan kata, "free memory," seraya mempercepat proses gladiresik layaknya video yang dipercepat.

"Ya, cukup sudah untuk gladiresik yang pertama ini," kata Pak Asep usai prosesi gladiresik Khotmul Quran.
"Hah? Pertama?" tanya seseorang. Kaget.
"Iya, nanti setelah kalian istirahat, masih ada dua gladiresik lagi," lanjut Pak Asep santai.
Level 6 serasa akan pingsan mendengar itu. Satu gladiresik dalam satu hari saja sudah membuat mereka lelah. Bagaimana dengan tiga gladiresik sekaligus?

Pada jam istirahat kali ini, murid-murid level 6 lebih memilih menghabiskan waktu istirahat mereka di lapangan dari pada di kelas. Hal itu mereka pilih karena lapangan dekat dengan kantin. Jadi, jika ingin menambah jajan, tinggal balik ke kantin saja. Tidak perlu bolak-balik lewat tangga.

"Sudah puas belum istirahatnya?" tanya Bu Robiah lewat mik.
"Belum, Bu," koor murid-murid level 6 kompak. Jelas saja, siapa pun tak akan pernah puas dengan istirahat.
"Kalau begitu 5 menit lagi, ya," kata Bu Robiah.
Murid-murid level 6 mengangguk. Mereka segera menghabiskan makanan dan minuman mereka.

Bagi murid-murid level 6, 5 menit terasa berjalan cepat sekali. Kini prosesi gladiresik Khotmul Quran yang kedua sudah siap dilaksanakan. Gladiresik kali ini tidak dilakukan di lapangan bawah seperti halnya gladiresik yang pertama. Tapi gladiresik kali ini dilakukan di atas panggung.

Suasana gladiresik kedua yang khidmat itu kadang terganggu dengan suara keluhan-keluhan kecil dari para pesertanya, "Bu, cepat, dong! Kakiku pegel, nih, duduk terus."
Untung saja guru-guru T2Q itu masih sabar dalam menanggapi keluhan dari anak didiknya.

Usai gladiresik kedua, gladiresik ketiga diselenggarakan setelah istirahat. Kali ini, keluhan dari murid-murid level 6 terdengar lebih banyak dan lebih sering. Sedikit-sedikit, mereka mengeluhkan kaki mereka yang pegal, atau mata mereka yang terasa berat alias mengantuk.
"IBU, KAKI AKU MULAI KESEMUTAN, NIH!"
"BAPAK, AKU NGANTUK!"
"IBU, BAPAK, PULANGNYA KAPAN?"
"KALIAN MAU PULANG? KALAU BEGITU GLADIRESIKNYA YANG SERIUS, DONG!" bentak Bu Eti garang.
Tentu saja yang dibentak seperti itu langsung terdiam. Untuk beberapa saat, suasana hening sebelum akhirnya gladiresik kembali dilanjutkan. Tanpa keluhan.

1 komentar:

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.