Jumat, 17 Juni 2011

Keajaiban Untuk 6C

Bagi 6C, keajaiban ialah sesuatu yang tidak terduga-duga. Pernahkah kamu mendapatkan suatu keajaiban?

Pagi itu, siswa-siswi level 6 datang ke sekolah lebih pagi dari biasanya. Sepertinya, mereka terpengaruh dengan ancaman Bu Ika kemarin. Terlihat kesungguhan dari wajah-wajah mereka. Entah apa yang mereka pikirkan. Tapi yang jelas, pada hari itu mereka tak ingin melakukan kesalahan sedikit pun. Karena kata Bu Ika, jika satu orang melakukan kesalahan, otomatis semuanya juga akan dinyatakan bersalah. Dan acara penampilan level 6 pada pelepasan nanti bisa dibatalkan. Wah, tentu saja level 6 tak ingin hal itu sampai terjadi.

Seperti hari-hari sebelumnya, seluruh murid level 6 dikumpulkan dalam sebuah ruangan gabungan antara kelas 6B, 6C, dan 6D yang biasa disebut dengan aula SDIT. Disanalah nantinya mereka akan menjalani latihan pelepasan.

Menyadari jarum jam sudah menunjuk ke angka 8, Bu Lia, Bu Ika, Pak Yuhdi, dan beberapa guru lain segera menyuruh seluruh anak didiknya untuk memulai latihan, "ayo, semuanya duduk! Berbaris perkelas, ya? Kita mulai latihan kita!".
Siswa-siswi level 6 menurut. Tampaknya, hari itu mereka jadi lebih penurut ketimbang beberapa hari yang lalu. Tentu saja itu semua berkat motivasi dari Bu Ika kemarin.
Ketika siswa-siswi level 6 sudah duduk dengan rapi di posisinya masing-masing, Bu Lia membimbing mereka untuk latihan, "hari ini kita harus latihan lebih fokus, ya. Anggap saja latihan kali ini adalah gladiresik."
Murid-murid itu lantas mengangguk kompak.
"Sekarang, kalian berbaris sesuai kelas dan absen. 6A di depan kelas 6A, 6B di depan kelas 5D, 6C di depan kelas 5C, dan 6D di depan kelas 6B. Nanti 6D keluar duluan dan dilanjutkan dengan kelas 6C, kemudian 6B dan 6A! Kemudian kalian akan di panggil untuk berfoto. Ceritanya, ibu fotografernya. Siap?" ujar Bu Ika panjang lebar.
"Siap, Bu!" jawab seluruh murid level 6 layaknya anak buah yang mendapat sebuah tantangan dari kaptennya.

Murid-murid level 6 pun segera mengambil posisi masing-masing. Kemudian mereka melaksanakan apa yang telah ditugaskan oleh Bu Ika tadi.

Setelah selesai, semua murid level 6 kembali duduk di tempat masing-masing. Mereka menatap guru-guru mereka yang kembali menatap mereka dengan tatapan kurang puas, "yang tadi kurang bagus! Coba kalian ulangi lagi!"
Dengan setengah percaya, mereka beranjak dari tempat duduk masing-masing. Mereka tak berani membangkang lagi, karena itu hanya akan memperburuk keadaan. Mereka pun akhirnya mengulangi prosesi seperti tadi.

Usai mereka berbaris, mereka kembali lagi ke aula. Namun, terlihat ada yang berbeda disana. Rupanya, ada adik-adik kelas ada yang sedang menari Tari Rantak dengan diiringi oleh musik. Level 6 pun melewati adik-adik kelas yang menari itu dan segera mengambil posisi untuk berfoto bohong-bohongan. Dan setelah itu, mereka kembali duduk seperti tadi.
"Ya, lumayan bagus," ucap Bu Ika.
Level 6 tersenyum puas. Mereka senang karena tak perlu susah-susah mengulangi lagi prosesi tersebut.

"Anak-anak! Setelah ini, kalian akan kembali menampilkan penampilan perkelas seperti kemarin, ya! Ibu beri waktu 1 jam untuk kalian berlatih. 6A berlatih di kelas ya!" komando Bu Lia.
Level 6 mengangguk. 6A pun segera beranjak meninggalkan aula.
"Karena 6D membutuhkan keyboard, jadi 6D latihan di kelas 6B saja. 6C juga membutuhkan ruangan yang cukup luas untuk saman, jadi 6C di kelas 6D. Dan 6B di kelas 6C. Oke?" tanya Bu Lia, meminta persetujuan.
Level 6 setuju. Mereka pun segera mengambil posisi masing-masing dan berlatih materi apa yang akan mereka tampilkan.

1 jam telah berlalu, "latihannya cukup, ya! Sekarang masing-masing kelas tampil di depan! Pertama 6A dulu, silakan 6A ambil posisi. Siap ya!" kata Bu Ika.
Dan 6A pun tampil.
"He... Yamko rambe yamko... Aronawa kombe...," nyayian akhwat 6A terdengar sampai ke luar aula.

Usai 6A tampil, acara dilanjutkan dengan penampilan saman dari akhwat 6C.
"Hip!" Afi memberi aba-aba. Penonton bertepuk tangan riuh, apalagi akhwat 6A.
"Hejanlaaa!" teriak Sasa dan beberapa akhwat 6C lainnya.
"Heee!" di mulailah tari saman 6C.

Ketika tari saman selesai, 6B mulai beraksi. Mereka menyanyikan lagu Kerispatih yang berjudul Kita dan Dunia. Diantara lagu tersebut, mereka juga membaca beberapa bait puisi.

Setelah itu, penampilan 6D. Mereka menyanyikan lagu D'Masiv yang berjudul Jangan Menyerah dengan diiringi musik oleh Adil dan sepotong adegan drama.

Dan sebagai penutup adalah penampilan ikhwan 6C.
Kau tahu? 6C sedih sekali ketika mereka tahu bahwa penampilan 6C dipisah antara ikhwan dan akhwatnya. Karena itu sama sekali tidak menunjukkan kekompakan mereka. Padahal, 6C sudah meminta kepada panitia pelepasan untuk memperbolehkan akhwat 6C untuk ikut dalam penampilan ikhwan. Tapi guru-guru bersikeras, katanya akhwat 6C tidak boleh tampil lagi setelah saman. Huft.

"Eh, kata panitia pelepasan, akhwat 6C nggak boleh ikut gara-gara akhwat 6C sudah tampil saman. Kita bantuin bacain shalawat saja yuk, dari belakang. Habis ikhwan suaranya kecil," ajak Salsa sekaligus meremehkan kemampuan ikhwan.
"Ayo, yuk!" Dinda mengangguk tanda setuju.
Tetapi, rencana mereka gagal. Karena tiba-tiba, Bu Lia menyuruh akhwat 6C ikut tampil ke depan, "ayo akhwatnya!".
"Hah? Benar, Bu?" tanya Husna kurang yakin, tetapi tidak di jawab oleh Bu Lia.
6C pun akhirnya bisa kembali bersatu. Ahh, betapa bahagianya mereka. Ini adalah sebuah keajaiban besar bagi mereka. Bahkan, Salsa dan Dinda sampai berpelukan saking senangnya. Terharu.

"Jamaah?" dan Ustadz Aris pun beraksi dengan kekhasannya itu. Kini, tak ada lagi kesedihan dan kekecewaan lagi diantara 6C. Karena mereka sudah bisa kembali bersatu. Perjuangan 6C memohon-mohon ke panitia pelepasan ternyata dapat membuahkan hasil. Dan saat penampilan Aris, panggung terasa tidak sepi lagi.

Setelah acara ceramah yang dipandu oleh 6C itu selesai, murid-murid level 6 menyanyikan lagu Peterpan yang berjudul Semua Tentang Kita. Tetapi kali ini, 6C seperti diistimewakan! Mereka diperbolehkan bernyanyi diatas panggung sementara yang lain dibawah panggung! Wah, hebat! Setelah lagu selesai di nyanyikan, barulah 6C kembali ke tempatnya.

"Anak-anak, kalian mau pulang tidak?" tanya Bu Ika.
Spontan, murid-murid level 6 pun berteriak kompak, "mauu!"
"Tapi setelah kita menyanyikan lagu Hymne Guru dan Muslim Sejati beserta gerakannya, ya!" Bu Ika mengajukan syarat.
"Iya, Bu!" jawab murid-murid level 6.
Dibawah bimbingan Bu Ika dan Bu Lia, level 6 pun bernyanyi bersama. Tapi entah apa yang terjadi dengan murid-murid level 6 ini. Semuanya menyanyikan kedua lagu itu dengan kompak dan semangat sekali. Jauh lebih baik dari kemarin.
"Ibuu! Lagi, dong!" pinta Ghina ketika lagu sudah selesai dinyanyikan.
"Apa? Lagi?" tanya Bu Ika heran.
"Iya, Bu!" pinta Ghina lagi dengan wajah memelas.
"Enak saja! Nggak mau, ah!" teriak ikhwan tidak setuju.
"Sudah dulu, ya, Ghina, hari Senin kita latihan bernyanyi lagi, kok," ucap Bu Ika pelan.
Ghina langsung memasang raut muka kecewa.

Sebelum pulang, Bu Ika memberikan beberapa pengumuman.
"Anak-anak, hari Senin besok ada pengumuman kelulusan. Yang ngambil kalian sendiri. Semoga kalian semua lulus ya?" kata Bu Ika
"Amin!" teriak anak-anak level 6 serempak.
"Sekarang kalian boleh pulang, tapi berdoa dulu. Yang ikhwan shalat jumat dulu di sini sebelum pulang!" perintah Pak Yuhdi.
"Nggak mau sholat di sini, ah, Pak!" kata seorang ikhwan.
"Kenapa?" tanya Pak Yuhdi.
"Maunya di masjid, nggak mau di sini," katanya lagi.
"Hahaha."

1 komentar:

  1. Husna,aku ajari buat memberikan kalender,jam,sama penyambutan untuk pembaca dong!

    BalasHapus

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.