Jumat, 23 Juli 2010

Hari Anak Nasional

Lantunan suara tilawah terdengar bersahut-sahutan ketika mentari memancarkan cahayanya yang lembut. Pagi itu, hari Jumat. Hari yang diutamakan untuk beribadah. Karena, sholat Jumat wajib dilaksanakan pada hari itu.



Pelajaran pertama adalah IPA. Gurunya Pak Muslim. Setelah pertemuan kemarin membahas tentang ciri khusus yang dimiliki beberapa hewan seperti kelelawar, cecak dan tokek, lele dan serowot, bunglon, laba-laba, zerafah, tupai, ikan penyumpit, paus, dan semacamnya, maka sekarang Pak Muslim mengajak 6C membahas tentang ciri khusus yang dimiliki beberapa tumbuhan. Contohnya adalah teratai yang memiliki ruang udara pada batangnya, macam-macam tanaman insektivora yang unik, kaktus yang memiliki daun dan akar yang dapat membuatnya bertahan hidup, bambu yang memiliki buku-buku (tempat pertemuan dua ruas), rumput jagung, serabut kelapa, mentimun yang memiliki sulur, jarum tusam, dan lainnya. Selain itu, Pak Muslim juga menerangkan apa saja manfaat-manfaat ciri khusus tersebut.

Sebelum istirahat adalah pelajaran komputer bersama Pak Asep. Semula, 6C sudah berharap agar Pak Adit yang memegang pelajaran tersebut. Tapi, rupanya harapan itu tidak tercapai.
"Mohon maaf, hari ini kita belum bisa belajar di lab komputer, karena internetnya masih berusaha untuk disambung," kata Pak Asep.
Beberapa anak ber-huu ria. Pelajaran kali ini membahas tentang beberapa jenis modem dan kecepatannya. Contohnya modem internal yang berkecepatan 56 kb/s (kmt). Atau modem ADSL yang berkecepatan 2mb/s sampai 3mb/s. Juga modem-modem lainnya seperti modem GPRS, modem HSDPA, modem LAN, atau modem WiFi. Selain mempelajari itu, Pak Asep juga menyelipkan pelajaran tentang internet provider. Contohnya Telkom Speedy, Indosat IM2/IM3, Telkom Flash, Telkom Flexi, dan Smart.
"Huu, promosi," sahut Ghina.
"Dibayar berapa, Pak?" tanya Nia.
Beberapa anak nyengir lucu.
"Eh, Una, kok Pak Asep nulisnya Flexy, bukannya Flexi, ya?" bisik Ghina dari bangku depan kepada Husna.
"Hihi, Pak Asep salah mungkin," tebak Husna asal.

Pelajaran komputer berjalan lancar, tetapi sungguh membosankan. Karena tak kunjung selesai juga, akhirnya Husna dan Zira punya rencana iseng.
"Aku nanti ajak Nindi ke kamar mandi, deh. Nah, nanti waktu Nindi ke kamar mandi, kamu tempelin kursi Nindi pakai double tip," kata Husna.
Zira mengangguk sambil tertawa membayangkan apa yang akan terjadi.

"Nindi, temani aku ke kamar mandi, mau?" tanya Husna polos.
Nindi mengangguk sambil melepas kaus kakinya.

Di kamar mandi, Husna sengaja berlama-lama supaya Zira punya waktu untuk menempel double tip itu. 5 menit kemudian, Husna dan Nindi kembali. Terlihat Zira tersenyum-senyum. Nindi pun akhrinya duduk tanpa memasang wajah curiga sedikit pun. Beberapa anak di dekat situ yang juga mengetahui rencana itu tertawa pelan.

"Nindi, tulisin dong," kata Ghina.
"Aku juga," sahut yang lain.
Nindi menerima buku-buku itu, lalu mulai menulis.

"Baik juga, Nindi. Tapi kalau lagi jahat, jahat sekali," bisik Zira kepada Husna. Husna hanya diam.

Saat Pak Asep keluar kelas, mengakhiri pelajaran, dan istirahat telah tiba. Nindi bangkit dan terdengar suara bajunya yang berusaha lepas dari lengketnya double tip. Hanifah, Rahma, Dinda, Husna, Kalista, Nisa, Ghina, Sasa, Nia, dan tentunya Zira juga Husna tertawa terpingkal-pingkal. Muka Nindi memerah. Husna dan Zira langsung mengulurkan tangan sambil berkata, "maaf maaf maaf."

Usai sholat Dhuha, Husna, Dinda, Hanifah, Sasa, Rahma, dan Kalista turun ke bawah membawa sandal dan uang. Sampai di bawah, mereka berpencar. Husna, Kalista, dan Dinda menuju kantor yayasan. Sementara itu yang lain pergi ke kantin.

Di dalam kantor yayasan, ada Zulkifli, Nio, dan beberapa anak lain.

"Beli buku paket PAI mbak," kata Husna.
"Berapa?" tanya mbak tersebut.
"3," jawab Dinda.
"Ini."
"Kembaliannya?" tanya Kalista.
"Uang Husna 40.000, uang Dinda dan Kalista 50.000 berarti... Ada yang punya 1.000?" tanya mbak itu.
"Aku," jawab Husna sambil mengeluarkan uang 1.000.
"Ini kembaliannya 10.000, Husna dapat 4.000, Kalista dan Dinda dapat 3.000," katanya.
"Gimana baginya?" tanya Dinda.
"Dijajanin aja, kalau tidak ditukar ke kantin," mbak itu memberi solusi.
"Oh, terima kasih, mbak," kata mereka bertiga kompak.

Mereka berlari menuju kantin, lalu membeli penggaris 30 cm untuk SBK dengan uang 10.000 tadi.
"Waduh, uangnya tinggal 4.000," keluh Kalista.
"Gimana baginya?" tanya Dinda.
"Sudah, kita ke kantor yayasan aja lagi, tanya sama mbaknya," kata Husna.

"Ini Husna dapat 2.000, Kalista dan Dinda dapat 1.000," kata mbak itu setibanya di kantor yayasan.
"Hah? Huhu, masakan cuma 1.000?" Dinda pura-pura menangis.

Akhirnya mereka kembali ke kelas dan bermain karet bersama kawan-kawan yang lain.
"Itu sih, gampang," komentar Azzam.
"Eh, jangan begitu. Emangnya kamu sendiri bisa?" protes Kiki.
"Nggak, hehe," jawab Azzam.
"Makanya jangan sombong," kata Kiki.

Lalu bel tanda istirahat usai berbunyi 15 menit kemudian. Bu Nia masuk ke kelas 6C. Lalu mengajar MTK. Matematika hari ini adalah mengerjakan latihan dari halaman 29 latihan 11.
"Kerjakan nomer 2, 4, 6, dan 7 saja. Kerjakan di buku tulis menggunakan caranya!" kata Bu Nia.
"Bu Nia yakin kelas 6C bisa," lanjutnya.

Memang ternyata soalnya mudah-mudah. Hanya nomer 7 saja yang membuat sedikit pusing. Setelah tugas dikumpulkan, ikhwan berangkat ke masjid untuk sholat Jumat. Sementara akhwat dengan Bu Dewi membahas tentang tips memilih sayuran.

Setelah makan siang, berbondong-bondong, akhwat menuju ke kamar mandi sambil membawa sikat gigi dan odol untuk sikat gigi. Lalu pelajaran bahasa Indonesia dengan Bu Anis segera berlangsung.

Ternyata cara untuk meringkas mudah. Tinggal mencari saja pokok pikiran pada setiap paragraf, lalu sambungkan. Jadi, deh. Begitulah pelajaran bahasa Indonesia berlangsung.

Kini, pelajaran SBK dengan Bu Ika. Membuat motif batik di selembar kertas HVS. Buat persegi panjang dengan ukuran 27x8 cm. Lalu beri titik sepanjang 3 cm pada garis yang panjangnya 27 cm tadi. Lalu buat segitiga dan garis-garis. Buat motif, warnai, jadi.

Memang tak semuanya jadi. Bahkan belum ada satu pun yang jadi. Tapi, mereka beralasan. "PR PR PR, ya, Bu?". Padahal PR IPS membuat peta Indonesia dengan kertas minyak/kalkir saja belum. Bahkan PR IPA yang meneruskan ciri khusus itu belum. PR bahasa Sunda halaman 31 juga belum. PR PKn yang membuat ringkasan/rangkuman/mind mapping saja belum.

"Huaa, banyak banget PR di kelas 6!" keluh 6C. Tapi yang namanya 6C, meski pun PR setinggi gunung, tetap saja ceria dalam menghadapinya. Ya nggak, ya nggak, ya nggak?

"Selamat Hari Anak Nasional
Jumat, 23 Juli 2010

Bentengi Anak Indonesia Dengan Iman dan
Akhlak Islami

STOP NONTON TV!

Pukul 5 sore-9 malam
Ayo Membaca dan Mengaji

Pesan ini disampaikan oleh:

SDIT UMMUL QURO BOGOR
Membentuk Generasi Saleh Cendekia."

Begitu terlulis dalam kertas yang dibagikan saat selesai sholat Asar. Banyak yang tidak peduli. Bahkan ada yang melipat-lipatnya. Juga ada yang merobek-robeknya. Juga ada yang membuangnya. Ckckck. Tapi saya harap, semoga pesan itu tetap dilaksanakan dengan sepenuh hati.

Kami, segenap keluarga besar 6C mengucapkan:
Selamat Hari Anak Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berikan saran, kritik, dan komentar kamu tentang Diary 6C! Segala pesan yang kamu berikan sangat berarti bagi kami.